Suara Karya

Dua Tahun Digulirkan, Baru 4 Ribu SD Terapkan Pendidikan Karakter

JAKARTA (Suara Karya): Meski digulirkan sejak 2016 lalu, program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) baru diterapkan pada sekitar 4 ribu sekolah dasar (SD). Untuk itu, dibutuhkan dukungan pemerintah daerah (pemda) untuk diseminasi materi PPK ke sekolah.

“Pelaksanaan PPK di SD masih terbilang kecil, jika merujuk pada jumlah SD di Indonesia yang mencapai 148.244 unit,” kata Direktur Pembinaan SD, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Khamim dalam diskusi bertajuk “Sinergi Tripusat Pendidikan Memperkuat Karakter Bangsa” di Jakarta, Rabu (11/7).

Hadir dalam kesemparan itu Director & Chief Financial Officer Trakindo, Setio A Dewo selaku penyelenggara diskusi.

Khamim menjelaskan, dari 4.143 SD yang sudah menerapkan pendidikan karakter, sebanyak 1.084 sekolah dibawah koordinasi Direktorat Pembinaan SD. Sebanyak 3.059 SD dikembangkan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai sekolah model.

”Harapan kami lewat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dinas pendidikan kabupaten/kota bisa dilakukan diseminasi contoh baik ke sekolah lain. Kami akan terus mendorong pemda menginisiasi PPK ke sekolah,” katanya.

Ditambahkan, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk pengembangan sekolah model atau sekolah rujukan di setiap kabupaten minimal 1 unit sekolah. Penambahan itu juga akan dilakukan di daerah terpencil.

“Kami berharap sekolah rujukan bisa melakukan pembinaan terhadap 5 sekolah terdekat untuk diseminasi program PPK. Dengan demikian, makin banyak sekolah dasar yang menerapkan PPK,” tuturnya.

Menurut Khamim, materi PPK menjadi penting karena anak tidak cukup dibekali dengan kemampuan ilmu pengetahuan, tanpa dibarengi kemampuan spiritual dan karakter. Pendidikan karakter diharapkan bisa menjadi bekal bagi anak di masa depan.

Sementara Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO, Arief Rachman menilai, pembentukan karakter merupakan proses yang berlangsung lama. Untuk itu, anak harus mendapat pendidikan karakter sejak dini.

“Yang tak kalah penting adalah membangun lingkungan yang berkarakter. Orangtua maupun guru harus bisa menjadi contoh karakter baik,” katanya.

Ditambahkan, tantangan penerapan pendidikan karakter adalah pendidikan di Indonesia masih lebih mengunggulkan otak dibanding watak. Hal itu bisa dilihat dari penilaian sekolah unggulan berdasarkan nilai atau rangking tertinggi.

“Selain itu, kejujuran juga belum menjadi faktor determinan dalam menentukan keberhasilan anak dalam belajar,” kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta tersebut menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts