
JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah melakukan sejumlah langkah antisipasi menghadapi gelombang ketiga Omicron. Tersedia 130 ribu tempat tidur yang bisa digunakan untuk pasien dengan kondisi berat.
“Berbeda dengan Delta, varian Omicron ini lebih cepat menularkan, tetapi memiliki angka kesakitan yang rendah. Karena itu, hanya pasien dengan kondisi berat saja, yang akan dirawat di rumah sakit,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers secara daring, Kamis (27/1/22).
Menkes meminta masyarakat mengenali
ciri-ciri Omicron untuk pencegahan. Omicron memicu gejala ringan seperti flu biasa, batuk, dan demam dengan tingkat penularan yang cepat.
“Nanti kita akan lihat kenaikan kasus kedepan. Belajar dari negara lain, puncak kasus Omicron akan tinggi dalam 2-3 bulan setelah kasus pertama ditemukan,” tuturnya.
Ciri-ciri lain dari omicron adalah tingkat perawatan di rumah sakit yang lebih rendah, begitupun tingkat keparahannya. Sehingga pasien yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit, dibanding pasien yang isolasi mandiri (isoman).
Strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Omicron, menurut Menkes, sedikit berbeda dari kasus Delta pada Juli 2021 lalu. Gelombang Delta memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur. Sedangkan Omicron hanya penularannya yang cepat, tetapi tingkat keparahannya rendah.
“Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan. Jadi hanya gejala pilek, batuk atau demam yang sebenarnya bisa sembuh, tanpa perlu dibawa ke rumah sakit,” ucapnya.
Kendati demikian, lanjut Budi Gunadi Sadikin, pemerintah menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641. Sedangkan kapasitas tempat tidur secara nasional berjumlah hingga 130 ribu.
Total pasien yang sudah terkonfirmasi Omikron sampai 26 Januari 2022 berjumlah 1.988 orang. Dari jumlah itu, mereka yang sembuh mencapai 765 orang.
Total pasien pernah dirawat sejak awal kasus Omicron ditemukan pada Desember 2021 sebanyak 854 pasien. Rinciannya, pasien asimtomatik 461, gejala jaringan 334 pasien dan gejala sedang dan berat 59 pasien.
“Sebenarnya yang perlu masuk rumah sakit hanya 59 orang itu. Mereka perlu dirawat takut sesak nafas dan butuh oksigen, bisa langsung dapat treatment,” ucapnya.
Ia berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. Yang paling penting selalu pakai masker, hindari kerumunan karena penularan akan semakin tinggi.
“Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi,” ujarnya.
Jika ada yang tertular tidak usah panik, lakukan isoman dan segera hubungi dokter melalui telemedesin yang disiapkan pemerintah. Disiplin minum obat, vitamin dan makan makanan bergizi untuk menjaga imunitas.
“Yang perlu ke rumah sakit adalah lansia atau mereka yang memilik komorbid cukup banyak agar tidak semakin parah kondisinya. Dan cepat-cepatlah divaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi varian baru,” kata Menkes menandaskan. (Tri Wahyuni)