JAKARTA (Suara Karya): Sebanyak 13 Insinyur asal Indonesia, terima sertifikasi International ASEAN Engineering yang diberikan pada ajang bergengsi Conference of The ASEAN Federation of Engineering Organizations (CAFEO) ke-36 yang telah berlangsung sejak tanggal 12-14 November 2018 di Resort World Sentosa, Singapura.
Salah satu penerima sertifikasi, Kamrussamad yang merupakan Founder KAHMIPreneur dan juga lulusan dari Jurusan Teknik Industri, Universitas Muslim Indonesia Makassar, mengungkankan kebanggaannya menerima sertifikasi internasional tersebut.
“Alhamdulillah berkat dukungan dan dorongan Fakultas Teknik Industri (FTI) sehingga kami bisa mendapatkan akses meraih sertifikasi ASEAN Engineering ini, dengan sertifikasi ini, diharapkan bisa melahirkan inovasi di bidang teknologi untuk dunia usaha,” kata Kamrussamad di Jakarta, Minggu (18/11/2018).
Menurut Kamrussamad, lnsinyur kita harus jadi garda terdepan untuk membangun sistem baik software maupun hardware untuk layanan konsumen dunia usaha yang jauh lebih baik. Dengan sertifikasi ASEAN menjadikan pintu networking atau jaringan kerja tingkat ASEAN akan terbuka lebar. Sekaligus akan bertemu banyak insinyur profesional yang bisa melahirkan transfer knowledge untuk inovasi dunia usaha di Indonesia.
“Bagi saya, sertifikasi ini sudah tentu akan menjadi semangat baru untuk terus mengembangkan profesi background saya dalam bidang pembinaan kewirausahaan yang saat ini memang tengah menjadi fokus saya melalui KAHMIPreneur. Saya berharap, KAHMIPreneur dapat mencapai sasaran untuk menjadikan wirausaha sebagai lokomotif ekonomi bangsa”. ujarnya.
Sebagai informasi, Kahmipreneur merupakan program inspiratif dalam menciptakan pengusaha muda untuk membuka wawasan serta terjun dan berkecimpung langsung dalam usaha entrepreneur hingga merealisasikan para pencipta lapangan kerja dalam segala bidang dan sekaligus mewujudkan kemandirian di bidang ekonomi.
Sebagai penggagas KAHMIPreneur, Kamrussamad juga telah sukses menggelar Ajang Nasional bertajuk ‘Indonesia Young Entrepreneur Summit (IYES) 2018’ pada tanggal 28 Oktober 2018 yang telah diikuti oleh 1,300 peserta terdiri dari Pelaku usaha, Entrepreneur, Start-up, mahasiswa dari beberapa kota di Indonesia diantaranya Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Medan, Bima, Mataram, Banyuwangi dan Balikpapan.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pemerintah saat ini tengah gencar mencanangkan kebijakan industri nasional. Sebagai negara industri maju baru dan menargetkan sektor industri dalam negeri untuk mampu menopang pertumbuhan ekonomi, yang dapat meningkatkan laju perekonomian dan sebagai tonggak tantangan keinsinyuran dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Khususnya memasuki revolusi industri generasi ke empat (Industry 4.0) yang diikuti oleh pemutakhiran seluruh sektor untuk menerapkan IOT (Internet Of Things). Tantangannya adalah, memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah untuk berkontribusi dalam Indonesia yang mandiri dan maju.
“Untuk itu, Indonesia butuh banyak insinyur yang kemampuannya diakui dunia internasional,” ujarnya. (Nur Cahyo)