Suara Karya

43,9 Persen Orangtua Setuju PTM, Meski Kasus Covid-19 Masih Tinggi

JAKARTA (Suara Karya): Hasil survei yang dilakukan Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G) pada 5-8 Juli 2021 menunjukkan 43,9 persen orangtua setuju digelarnya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada awal tahun ajaran baru, meski kasus covid-19 masih tinggi.

“Padahal kondisi kasus covid-19 saat ini sedang meningkat tajam, apalagi varian baru yang lebih cepat menular,” kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim dalam keterangan pers, Minggu (11/7/21).

Disebutkan, kasus covid-19 pada anak Indonesia masih tertinggi di dunia, yaitu 1 dari 8 pasien covid-19 adalah anak-anak. Hal itu harus menjadi catatan bagi orangtua. Karena itu, dibutuhkan edukasi dan sosialisasi yang utuh dan jelas bagi orang tua.

Satriwan menjelaskan, survei bertajuk sikap orangtua terhadap vaksinasi anak dan PTM terbatas Juli 2021 itu melibatkan 9.287 responden orangtua dari siswa mulai dari jenjang SD/MI; SMP/MTs; SMA/SMK/MA dari 168 kota/kabupaten dan 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner semi tertutup (mixed) berbasis Web yang menggunakan aplikasi ‘Google Form’, disebarkan via aplikasi Whatsapp ke seluruh jaringan guru P2G.

Survei menggunakan teknik sampling acak sederhana, yaitu pengambilan sampel atau elemen secara acak, setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel, dengan ‘margin of error’ sebesar 0,5 persen.

“Hasilnya, 43,9 persen orangtua setuju PTM pada Juli 2021. Sedangkan sisanya, 32,2 persen menyatakan ragu-ragu dan 23,9 persen tidak setuju,” tuturnya.

Disebutkan, alasan orangtua setuju PTM karena 41,3 persen anak merasa jenuh atau bosan berada di rumah; 24,7 persen anak hanya bermain game di rumah; 21,2 persen sinyal internet susah; 9,3 persen orang tua tidak memiliki kompetensi pengajaran di rumah; dan 3,5 persen menyatakan alasan lainnya.

“Alasan orangtua umumnya bersifat psikologis, meski ada alasan lainnya, diantaranya selama PJJ guru hanya memberi tugas saja, sekolah dinilai sudah siap PTM, sekolah sudah melakukan uji coba PTM, guru sudah divaksinasi, anak sudah kangen sekolah, anak tidak bersosialisasi dengan teman baru, anak malas-malasan belajar, dan orangtua pusing melihat anak main saja.

Alasan Orangtua yang ragu-ragu dan tidak setuju PTM pada Juli 2021, antara lain, 74,9 persen kasus covid-19 semakin meningkat; 21,4 peree siswa belum tuntas divaksinasi; 17,1 perse sekolah/madrasah berada di zona merah atau orange; 7 persen sekolah belum siap memenuhi fasilitas pendukung protokol kesehatan; 2,7 persen guru belum tuntas divaksinasi.

“Semua alasan orangtua sangat rasional dan relevan dengan kondisi pandemi akhir-akhir ini,” tuturnya.

Tentang program vaksinasi untuk anak, Kepala Bidang Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri mengemukakan, 55,5 persen orangtua tidak tahu info vaksinasi anak di daerah; 35,3 persen orangtua tahu info vaksinasi anak di daerahnya; 9,2 persen orangtua ragu-ragu dengan informasi tersebut.

“Di sinilah urgensi sosialisasi dan edukasi terhadap orang tua siswa. Jika tidak, program vaksinasi berpotensi terhambat dan tidak maksimal. Jangka panjangnya, orang tua tetap minta sekolah dibuka, meski anaknya belum mendapat vaksinasi,” katanya.

Soal persetujuan orangtua terhadap vaksinasi anaknya, disebutkan, sebanyak 63,3 persen orangtua setuju anaknya divaksinasi; 23,5 perse orang tua tidak setuju anaknya divaksinasi; 13,2 persen orang tua ragu-ragu anaknya divaksinasi.

“Mendapat vaksinasi adalah hak semua warganegara, termasuk anak. Kewajiban bagi orangtua untuk memberi vaksinasi kepada anak untuk menjaga dirinya tidak terpapar covid-19 dan tidak menularkan kepada orang lain. Hal itu sekaligus mendukung tercapainya ‘herd immunity’ agar suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif,” ujarnya. (Tri Wahyuni)

Related posts