Adara Relief Minta Wartawan Catat Sejarah Nyata untuk Bumi Palestina

0

JAKARTA (Suara Karya): Ketua Adara Relief International (Adara) Sri Vira Chandra, meminta para wartawan khususnya yang bertugas melakukan peliputan di wilayah Palestina, untuk memberitakan kondisi di negara tersebut dengan sebenar-benarnya. Ini dimaksudkan, agar generasi mendatang tidak diputarbalikan oleh sejarah yang tidak benar, karena adanya pemberitaan yang salah.

Demikian dikatakan Vira saat menggelar media gathering bersama para wartawan Al-Quds secara virtual, Rabu (4/10/2020).

“Generasi-generasi yang akan datang selalu mencari info-info terbaru yang lebih valid. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menulis ulang sejarah yang diputarbalikan. Tulisan kita saat ini menjadi referensi bagi generasi ke depan tentang fakta yang terjadi di Palestina.” kata Sri Vira.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, wartawati Al Quds yang pernah empat kali ditawan oleh Israel, Bushra Jamal Ath-Thawil mengatakan, sejak lahir sampai usianya 6 bulan, ayah Bushra dideportasi. Kemudian dalam kurun waktu 14 tahun, ayahnya ditangkap sebanyak delapan kali sebagai tahanan administratif.

“Penangkapan tahanan administratif adalah sebuah kondisi yang dianggap darurat, yang mana negara dapat memberlakukan undang-undang darurat sehingga militer Israel memiliki hak menangkap siapa saja tanpa alasan atau dakwaan apapun. Bahkan pengacara tidak bisa memberikan bantuan hukum karena tuduhannya tidak jelas,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bushra menjelaskan bahwa dirinya juga pernah menjadi tawanan Israel bahkan di saat ia mengalami sakit keras. Ia sulit mendapatkan perawatan yang memadai karena rumitnya aturan militer Israel. Para tawanan lainnya lambat laun mengalami gangguan kejiwaan karena mendapatkan perilaku yang tidak pantas selama di penjara.

Penderitaan tersebut, menjadi motivasi untuk mempelajari ilmu jurnalistik guna mengubah kondisi para tawanan dan penderitaan yang mengungkung keluarga. Ia ingin menyuarakan penderitaan ini melalui media agar sampai ke seluruh penjuru dunia.

Bushra berharap, insan media khususnya di Indonesia bisa bekerja sama menjadi penyambung informasi tentang realita persoalan di Palestina. Semoga semakin banyak media yang mengedukasi dan memberitakan kebenaran karena menulis untuk Palestina berarti menulis untuk keadilan. (Bobby MZ)