
JAKARTA (Suara Karya): Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) Pengurus Pusat Kolektif, Kosgoro 1957 HR Agung Laksono membuka Orientasi dan Tatap Muka Kader Kosgoro 1957 Tingkat Nasional di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).
Dalam acara itu Agung menceritakan, ada tragedi nasional pada 30 September 1965 yang menjadikan peta politik bangsa Indonesia berubah dengan drastis. Terutama adanya pemimpin-pemimpin baru dan format politik baru dengan sebutan perda baru sistem demokrasinya yang disebut pancasila pada saat itu di era Orde Baru.
Ditegaskan Agung, dalam demokrasi Pancasila yang sedang bergulir pada saat itu apakah Kosgoro telah hadir?. Jawabannya lanjut dia, organisasi yang juga.sebagai pendiri Partai Golkar ini sudah ada pada saat itu.
Menurutnya, Kosgoro selalu menyesuaikan pada zaman dari demokrasi satu ke demokrasi yang lain. “Alhamdulillah Kosgoro tetap exis sampai sekarang,” kata Agung.
Dia menjelaskan, dilakukannya restrukturisasi Partai Golkar penyederhanaan sistem kepartaian. Deparpolisasi dan kebijakan floating emas kebijakan Pancasila sebagai tunggal organisasi 25 tahun tahap pertama.
Konsolidasi dan rekonsolidasi total Orde Baru dalam rangka menstabilkan politik bangsa. Ada alasannya karena sebelumnya pengalaman organisasi jatuh bangun tidak sempat kita melakukan pembangunan maka ketika Orde Baru dimulai, saat itu kita bertekd bulat harus dilakukan pembangunan. Sehingga saat itu pak harto sebagai presiden memimpin langsung pembangunan nasional.
Berdasarkan itu lanjut Agung, dilakukanlah langkah-langkah yang paling fundamental yaitu konsolidasi antara militer dan birokrasi. Jalur A jalur B, dan konsilidasi Pancasila.
Bersama Partai Golkar saat itu dinamakan jalur G. Yang menjamin sekian puluh tahun yang mampu menjalankan kehidupan negara senyara stabil.
Dikatakannya, stabilitas diutamakan, demokrasinya Pancasila, ini yang kemudian jadi banyak pertanyaan. Apakah demokrasinya benar pada saat itu?.
Memang sudah dilakukan upaya-upaya untuk membuka ruang demokrasi tetapi kehidupan bangsa pembangunan yang stabil dengan baik. Mayoritas mutlak terbentuk dengan tri Fraksi Abri birokrasi dan Golkar.
Pada saat itu, jumlah anggota DPR 500 orang dan 303 diantaranta dari Fraksi Golkar. Jadi hampir mayorits mutlak di parlemen dengan demikian pembangunan pada saat itu berjalan dengan lancar. Perencanaan sampi dengam pengawasan. Itulah mampu bertahan sampai 32 tahun.
Pemilu bagaimana ? Pemilu tetap diadakan, pemilu berlangsung dengan baik, lancar. Bahkan dibeberapa tempat sebelum pemilu sudah ketauan hasilnya seperti apa.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini juga mengatakan, terjadi peristiwa besar pada tahun 1998. Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya. “Ingat, beliau berhenti dan bukan diberhentikan,” ujarnya.
Kemudian, posisi presiden digantikan otomatis oleh wakil presiden pada saat itu BJ Habibie. Muncul penerintahan transisi yang sebetulnya punya hak sampai meneruskan karena berhensi sebetulnya punya hak konstitusi sampai tahun 2003.
Namun demikan, beliau menyatakan tetap harus melakukan pemilu ulang pada tahun 1999. Dan disitu diilakukan penyesuaian masing masingorganisasi politik.
Jadi, siapapun yg mau ikut pemilu harus ikut partai politik. Maka lahirmya Golkar menjadi Partai Golkar. Dideklarasikan pada tahun 1999 di Gelora Bung Karno.
Akibat itu, bagaimana dengan Kosgoro situasinya? Diinternal Kosgoro pada saat itu menghadapi dilema. Ada yang ingin reformasi itu berlangsung, makan Kosgoro terbelah menjadi dua. Ada yang ingin menjadi Kosgoro independen organisasinya dan terbuka bagi partai partai lain, dan ada yang ingin Kosgoro ingin juga menjadi partai.
Tapi pada posisi lain perubahan ini adalah merupakan kebijakan bangsa nasional yang reformasi dari g
Golkar menjadi Partai Golkar. Yang dilakukan adalah tetap Golkar tapi berubah wujudnya dalam casingnya sesuai dengan amanat bangsa.
Bahkan bukan casingnya, paradigmanya pun diubah, sehingga, akn timbul pendapat kalau perubahan paradigma yang dilakukan adalah kehendak zaman dan bukan pribadi.
Agung mengingatkan pada saat itu kelangsungan partai harus terjamin. Kosgoro sebagai salah satu badan dari kelahiran Partai Golkar harus menjamin bahwa partai itu adalah partai kebangsaan. Ruh dan jiwa kwbangsan itu harus dijaga.
Dengan demimian, Kosgoro itu adalah sebagai salah satu pendiri, harus menjga Golkar sebagai partai tetap berjiwa kebangsaan. “Kami tetap mengatakan bahwa partai golkar ini adalah penjelmaan dari partai golkar baru atas kehendak zaman, kehendak nasional, kehendak bangsa ini untuk mereformasi demi kemajuan. Kami menjadi tetap mendukung Partai Golkar,” katanya.
Untuk membedakannya maka disebut maka berdirilah Kosgoro 1957. “Inilah organisasi yang konsisten sejak lahir, yang mendukung Partai Gollkar tadi. Jadi kita ada perdebatan yang kuat,” ujarnya. (Bayu)