Akhir 2018, Menkop Targetkan Rasio Wirausaha Jadi 5%

0

JAKARTA (Suara Karya): Sejak 2016 Indonesia sudah mencatat ratio wirausaha 3,01% atau meningkat secara drastis dari 1,65% pada tahun 2014.

Meski sudah melewati syarat rasio wirausaha sebuah negara (2%), namun jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara, angka wirausaha Indonesia terbilang masih rendah. Misalnya dengan Singapura yang saat ini sudah mencapai 7%, Malaysia 5%, maupun Thailand 4%.

Karena itu,  Menteri Koperasi dan UKM,  Puspayoga berupaya terus menggaungkan semangat kepada masyarakat, termasuk kepada para santri di pesantren-pesantren agar nanyinya para santri mampu menjadi wirausaha (santripreneur) dari pesantren ke pesantren, hingga nantinya santripreneur ini bisa ikut berkontribusi pada peningkatan jumlah wirausaha di Tanah Air.

“Saya akan terus menggaungkan semangat santri menjadi wirausaha (santripreneur) dari pesantren ke pesantren, hingga nantinya santripreneur ini bisa ikut berkontribusi pada peningkatan jumlah wirausaha di Tanah Air,” ujar Puspayoga, dalam keterangan tertulisnya kepada suarakarya.co.id Minggu (23/9).

Karena, menurut dia, peningkatan jumlah wirausaha ini dinikai tidak terlepas dari peran pesantren sebagai basis pengembangan santripreneur.

“Apalagi kalau nanti santripreneur ini akan kita gaungkan, akan kita bumikan terus supaya santri di seluruh Indonesia punya jiwa entrepreneur. Sekarang kita bersyukur sudah meningkat dan kalau sekarang dihitung sampai akhir 2018 ini saya yakin minimal sudah bisa samai Malaysia,” ujar Puspayoga.

Puspayoga berada di Sidoarjo dalam rangka meluncurkan Beauty Class Executive and Barista Coffee Santri Indonesia di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri. Program ini merupakan kerja sama antara Ponpes Mukmin Mandiri dengan PT Rembaka La Tulipe Cosmetiques.

“Saya apresiasi atas terselenggaranya acara ini sehingga dapat berkontribusi memberikan semangat, serta energi positif kepada para santri untuk dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan,” papar Puspayoga.

Bisnis kopi merupakan suatu peluang usaha yang menjanjikan. Kedai-kedai kopi lokal saat ini terus bermunculan. Menurut Puspayoga apabila bisnis kopi ini ditekuni dengan serius diyakini akan mampu menggeser toko kopi waralaba dan sukses merajai bisnis kopi di Indonesia.

“Tentunya hal ini akan berdampak pada mungkin bertambahnya wirausaha baru dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas,” tukasnya.

Ponpes Mukmin Mandiri sebagai salah satu pesantren agrobisnis dan agroindustri yang mampu memproduksi barista coffee hingga mampu menjangkau pasar luar negeri. Dalam waktu dekat Ponpes ini akan membuka kafe dengan menjual barista coffee di Melbourne, Australia.

“Harapan saya santri Indonesia tidak hanya mengerti soal agama, tapi mengerti juga soal perdagangan, ada kemandirian ekonomi. Semoga menjadi letupan bagi santri dan ini menjadi penting dilanjutkan bersama-sana dengan niat yang baik,” ujar Pengasuh Ponpes Mukmin Mandiri, Muhammad Zakki.

Dalam peluncuran ini juga diadakan kegiatan pelatihan tatarias yang merupakan kerja sama antara Ponpes Mukmin Mandiri dengan PT Rembaka Latulipe Cosmetiques, dan kegiatan pelatihan Barista Coffee kerja sama Ponpes Mukmin Mandiri dengan Akpar Majapahit.

“Kita akan latih para santri untuk menambah skill, semoga ke depan bisa ditelurkan banyak entrepreneurship dari pesantren ini,” tutur Presiden Direktur PT Rembaka La Tulipe Cosmetiques, Kuncoro Tanudirjo. (Gan)