Suara Karya

Akreditasi BAN SM Kini Perhitungkan Mutu Lulusan

JAKARTA (Suara Karya): Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN SM) kini menggunakan paradigma baru untuk mengakreditasi sekolah dan madrasah. Jika sebelumnya, akreditasi melihat hasil data empirik, kini juga memperhitungkan mutu lulusan.

Hal itu dikemukalan Ketua BAN SM Toni Toharudin dalam Diskusi Publik bertajuk ‘Sistem Automasi Akreditasi Sekolah Madrasah Berbasis Data Sekunder’ yang digelar hybrid dari Jakarta, Selasa (14/12/21).

Toni menjelaskan, penilaian mutu lulusan mencakup proses pembelajaran, yang dipengaruhi kualitas guru dan kualitas guru. Termasuk proses pembelajaran yang dipengaruhi manajemen sekolah.

Karena menggunakan paradigma baru, Toni memprediksi akan terjadi penurunan nilai kinerja sekolah dan madrasah pada 2021. Diperkirakan jumlahnya mencapai 22,6 persen sekolah dan madrasah.

Hal itu dijelaskan anggota BAN SM Budi Susetyo. Tahun ini, ada 81.570 sekolah atau madrasah yang akan reakreditasi. Dari model itu diperkirakan ada 22,6 persen kinerja sekolah atau madrasah yang menurun.

Sedangkan yang tetap atau mengalami peningkatan kinerja sebanyak 77,4 persen dari 81.570 sekolah atau madrasah. Sekolah atau madrasah yang diprediksi turun kinerjanya akan divisitasi dalam proses reakreditasi.

“Kalau akreditasinya turun, maka sekolah atau madrasah tersebut wajib divisitasi. Hal itu juga berlaku bagi sekolah atau madrasah yang ingin memperbaiki diri,” ujar Budi.

Ketua BAN SM mengungkapkan, ada 49
sekolah dan madrasah yang mengajukan banding atas hasil akreditasi sepanjang 2021. Namun, tidak semua keberatan itu disetujui oleh BAN SM. Alasannya, data banding tak cukup kuat untuk revisitasi.

“Yang kami setujui revisitasinya hanya 25 sekolah/madrasah, dan 24 lainnya tidak disetujui karena alasan untuk bandingnya tidak sangat kuat untuk itu,” katanya.

Toni membeberkan, secara umum hasil sasaran dan kuota akreditasi 2021 melebihi target. BAN SM menetapkan kuota 10.449 sekolah/madrasah yang diakreditasi, namun akhirnya melakukan visitasi ke 11.459 sekolah/madrasah.

“Secara umum, 34 provinsi memperlihatkan prestasi yang sangat baik. Ada beberapa provinsi ketika ditambah kuotanya, juga menghasilkan hasil yang sangat luar biasa,” tuturnya.

Selain itu, tahun ini BAN SM juga melakukan rekrutmen asesor dan pelatihan bagi asesor baru. Dari 2.452 asesor yang mendaftar tahun lalu, 1.749 di antaranya dinyatakan lulus.

“Ada sekitar 703 asesor yang tidak lulus karena tidak memenuhi syarat sebagai asesor,” ujar Toni seraya menyebut latar belakang asesor yang 62,8 persen adalah pengawas, 30,4 dosen dan sisanya unsur widyaiswara, praktisi, guru dan PNS dari Kementerian Agama.

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek, Anindito Aditomo dalam kesempatan yang sama meminta BAN SM melakukan reformasi proses akreditasi. Hal ini untuk mempermudah penataan penjaminan mutu sekolah dan madrasah.

Pria yang akrab disapa Nino itu menilai harus ada reformasi akreditasi mulai dari kerangka penilaian hingga instrumen akreditasi. Sehingga bisa diberikan pendekatan yang tepat untuk menunjang mutu pendidikan.

Nino pun mengapresiasi kinerja BAN SM selama ini. Menurutnya, proses akreditasi memang tidak mudah. Apalagi 1-2 tahun terakhir ini, dimana pandemi covid-19 berdampak pada ketersediaan anggaran untuk akreditasi sekolah dan madrasah.

Menurutnya, akreditasi yang dilakukan BAN-SM merupakan hal penting. Karena masukan BAN-SM satu-satunya yang datang dari pihak eksternal untuk memantau kualitas penyelenggaraan pendidikan.

“Hasil akreditasi dari BAN-SM ini menjadi penting untuk mendorong perbaikan sekolah dan madrasah kita,” kata Nino menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts