JAKARTA (Suara Karya): Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, menyatakan pentingnya kekuatan agama untuk mempersatukan berbagai kalangan dari dinamika politik nasional yang saat ini cenderung mengarah kepada perpecahan bangsa. Sebab, bertuhan dan beragama yang dibayangkan oleh para pendiri negara adalah sebagai dasar bagi pembangunan kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial.
“Tapi tujuan bertuhan dan beragama, kini justru diinstrumentasi oleh berbagai kelompok untuk tujuan-tujuan-tujuan sebaliknya. Ini harus segera diluruskan,” kata Pontjo dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Pakar Aliansi Kebangsaan Mayken TNI (Purn) Dewa Putu Rai pada FGD bertema “Agama sebagai Kekuatan Pemersatu Bangsa dan Penggerak Pemajuan Peradaban Bangsa dengan Paradidma Pancasila,” pada Jumat (17/6/2022).
Diakatka Pontjo, kehidupan berbangsa Indonesia belakangan sering diwarnai dengan berbagai gejala yang menunjukkan belum optimalnya signifikansi agama dan keberagamaan bagi pembangunan peradaban nasional. Indikasinya ditandai dengan beberapa gejala seperti berulangnya berbagai peristiwa dan kasus terorisme/ekstremisme kekerasan berbasis doktrin keagamaan tertentu, maraknya gerakan untuk mengganti negara Pancasila dan mendirikan negara khilafah, radikalisme dan massifnya ujaran kebencian (hate speech) dengan menggunakan doktrin-doktrin keagamaan.
Berbagai hasil riset oleh Setara Institute, Wahid Foundatian, dan CRCS-UGM, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan peristiwa dan Tindakan intoleransi dalam satu setengah dekade terakhir. Karena itu, Aliansi Kebangsaan memandang revitalisasi peran dan fungsi agama dalam membangun peradaban bangsa. Agama harus dijadikan sebagai kerangka nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama mesti difungsionalisasi untuk membangun dua sisi kesalehan sekaligus yaitu kesalehan pribadi dan kesalehan sosial dalam satu tarikan nafas.
Menurut Pontjo, agama yang dianut melalui keimanan (faith) dan kepercayaan (belief) harus menjadi dasar (basis) sekaligus daya dorong (motives) bagi pembangunan karakter individual dan kolektif, kemanusiaan dan kebangsaan, yang mewujud dalam kualitas kehidupan masyarakat bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adail dan makmur. Agama juga bermuara pada pencapaian tujuan nasional kita sesuai dengan alinea keempat UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Banyak persoalan mendasar yang menjadi pekerjaan rumah kita, untuk kita selesaikan secara bersama-sama, dengan bergotong-royong,” tandas Pontjo.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Rektor Indonesia Prof Ir Panut Mulyanto mengatakan agama sejak bangs aini lahir, telah menjadi kekuatan dan alat pemersatu bangsa. Keragaman agama yang ada di Indonesia oleh para pendiri bangsa dijadikan sebagai alat penguat bangsa Indonesia untuk lebih cepat mencapai kejayaan.
Namun kenyataannya kata Prof Panut, saat ini ada hal-hal yang dikaitkan dengan agama oleh sebagian masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan paham radikalisme dan sikap intoleran bahkan anti Pancasila.
Menurutnya media yang sangat bauk untuk mengatasi persoalan tersebut adalah melalui pendidikan dari tingkat PAUD hingga pendidikan tinggi. “Bagaimana lembaga pendidikan, mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila ini serta bagaimana para penganut agama menjalankan ajaran agamanya dengan benar sehingga pada akhirnya agama bagi bangsa Indonesia benar-benar menjadi alat pemersatu bangsa,” kata Prof Panut.
Cendekiawan muslim Prof. Dr. Azyumardi Azra mengatakan, nusantara adalah benua maritim yang dipenuhi dengan agama-agama besar dunia, seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Keragaman agama tersebut telah menimbulkan ikatan solidaritas bangsa Indonesia yang demikian kuat, yang tidak ditemukan di negara lain termasuk benua Eropa.
“Inilah keistimewaan kita, dimana agama tidak memecah belah bangsa tetapi justeru telah menjadi ikatan solidaritas dan pemersatu penduduk Indonesia,” katanya. (Bayu)