Suara Karya

Angket Kemdikbud: Anak Milenial Tak Minat Jadi Guru

JAKARTA (Suara Karya): Hasil angket dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/SMK tahun ini menunjukkan ketidaktertarikan siswa pada profesi guru. Dari 512.500 siswa yang menjawab angket, hanya 11 persen memilih jadi guru.

“Namun sayang, siswa yang memilih jadi guru nilai UN-nya lebih rendah dibanding siswa yang memilih profesi lain,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Totok Suprayitno dalam taklimat media, Selasa (7/5/2019).

Disebutkan, profesi yang paling banyak dipilih, terutama peserta UN pria adalah pengusaha. Tak ada keterangan siswa dibalik pilihannya sebagai pengusaha. “Angket ini tak hanya siswa di perkotaan, tetapi juga di desa. Profesi pengusaha ternyata masih menarik perhatian. Karena citra pengusaha itu kan kaya raya,” katanya.

Padahal, lanjut Totok, pemerintah telah memberi kesejahteraan kepada para guru lewat tunjangan profesi. Bahkan, pemerintah daerah tak sedikit yang memberi tunjangan tambahan bagi para guru di wilayahnya masing-masing.

“Itu artinya kesejahteraan guru kita sudah bagus. Jangan hanya dilihat dari sisi guru honorer, tetapi lihat profesi guru secara keseluruhan. Hampir sebagian besar dari mereka memiliki kesejahteraan yang baik,” ucap Totok.

Terkait hasil angket itu, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi dalam kesempatan terpisah, Rabu (8/5) sudah menduga akan hal itu. Banyak profesi lain yang tumbuh dengan makin berkembangnya teknologi, dibanding menjadi seorang guru.

Ditambahkan profesi guru saat ini dilihatnya sudah tak menarik lagi. Terutama dari sisi ekonomi. Profesi guru tidak dianggap memberi kesejahteraan. Apalagi tahu bagaimana proses pencairan tunjangan profesi yang dirasakan berbelit-belit.

Ditanya profesi guru dipilih oleh mereka yang memiliki nilai ujian nasional rendah, Unifah mengatakan, hal itu bisa terjadi. Untuk itu, tugas pemerintah bagaimana mengubah para calon guru dengan nilai rendah itu menjadi berkualitas.

“Yang terpenting, profesi guru itu harus panggilan hati. Meski tak dibayar mahal, para guru tetap setia akan profesinya. Karena mengajar itu menyenangkan hati,” kata Unifah menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts