Suara Karya

AS Hikam: Elektabilitas Jokowi Belum Tertandingi, Insha Allah Jadi Presiden Lagi

JAKARTA (Suara Karya): Figur Joko Widodo sebagai calon presiden, dinilai belum tertandingi elektabilitasnya oleh calon presiden lain. Karenanya, sosok Jokowi diyakini akan kembali terpilih menjadi Presiden para Pilpres 2019.

Pernyataan tersebut, dikemukakan pengamat politik dan juga Dosen President University, Muhammad AS Hikam, di kantor PARA Syndicate, Jalan Wijaya Timur, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (6/7).

“Kalau hanya melihat secara formal menggunakan data kuantitatif riset atau survei kemungkinan Jokowi memenangkan Pilpres 2019 di atas 90 persen. Karena beda atau jeda di antara elektabilitas survei itu lebih dari 20 poin, kalau masih 10-15 persen kemungkin mengejar ada, apalagi lawan yang lima ada yang 0,” ujarnya menambahkan.

Namun, siapa lawan Jokowi? adalah implikasi dari persoalan struktural di Indonesia pasca reformasi, selama tidak diubah, maka akan diulang kembali.

“Walaupun politik pemilihan presiden, implikasi terhadap kehidupan demokrasi akan sangat buruk, sebab di negara lain walaupun sudah ada, persiapan memilih pemimpin negara dalam sistem presidential sangat lama,” katanya.

Menurut dia petahana cenderung diuntungkan karena telah memiliki persiapan lebih lama, sehingga tidak perlu lagi kampanye karena sudah dikenal oleh para pemilih dan calon pemilih apalagi pendukung.

Sementara penantang tidak punya keistimewaan kecuali mempunyai keunggulan lebih yang mampu menggeser.

“Mantan calon presiden yang kalah dalam pencapresan belum pernah bisa menang lagi. Kalah sekali lagi sudah susah apalagi dua kali, ini konsekuensi logis dari situasi struktural, petahan diuntungkan,” jelasnya.

Aturan yang tidak membuka peluang capres-cawapres independen untuk muncul, membuat parpol bisa memonopoli bursa pencapresan.

“Kesulitan partai oposisi menampilkan capres-cawapres, karena impilkasi dari aturan pilpres dan sistem politik ambigu. Faktanya tidak ada yang lebih menarik dari Pak Jokowi,” ungkapnya.

Sementara itu, di Pilpres 2019 nanti bisa saja muncul skenario terburuk yakni kotak kosong, jika memang tidak ada figur yang bisa menyaingi Jokowi. “Tapi akan sangat sulit kalau calon presiden melawan kotak kosong. Kurang satu bulan belum ada yang daftar,” terangnya. (Gan)

Related posts