JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) berkolaborasi dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) menggelar pelatihan literasi digital bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan kerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan Sulsel.
Dalam siaran pers, Sabtu (17/9/22) disebutkan, acara yang dibuka oleh Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Dr Tautoto Tanaranggina. Hadir lebih dari 3 ribu peserta secara daring.
Dalam sambutannya, Tautoto memberi apresiasi atas kegiatan literasi digital di sektor pemerintahan. Karena teknologi digital yang berkembang begitu cepat berpengaruh terhadap profesi ASN.
“ASN perlu memahami literasi digital dengan baik dan benar, sehingga dapat merespon kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital. Jangan ada lagi ASN yang gaptek di era digital saat ini. Hal itu juga sejalan dengan core value ASN BerAKHLAK,” ujarnya.
Direktur Pemberdayaan Informatika, Kemkominfo, Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan, peningkatan pemahaman literasi digital bagi ASN merupakan salah satu target nasional Kemkominfo menuju transformasi digital di Indonesia.
Ia mengutip Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan Kemkominfo bersama Katadata Insight Center pada 2021. Hasilnya, skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3.49 dari 5.00.
“Itu artinya, tingkat literasi digital di Indonesia masuk kategori sedang. Diharapkan, kegiatan literasi digital bisa menjadi salah satu inisiatif untuk mempercepat transformasi digital di lingkungan ASN menuju Indonesia #MakinCakapDigital,” ujar Bonifasius.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan literasi digital mencakup empat pilar, yaitu Kemampuan Digital, Keamanan Digital, Budaya Digital, dan Etika Digital. “Lewat kegiatan ini, kami berharap ASN dapat meningkatkan kecakapan digital. Dan yang paling penting meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan perangkat, sehingga ASN Sulsel makin cakap digital,” tuturnya.
Kepala Pusat IV BPSDM Kemdagri, Dian Ady Permana menyinggung soal Core Value ASN BerAKHLAK. Core value tersebut juga mencakup nilai Kompeten dan Adaptif. Karena itu, ASN Sulawesi Selatan harus meningkatkan kompetensi teknologi digital.
Ia juga meminta ASN Sulawesi Selatan agar lebih banyak membaca informasi positif agar dapat menangkal informasi yang bersifat hoaks jelang pesta demokrasi tahun 2024.
Kegiatan berlanjut pada kelas literasi digital. Narasumber pertama adalah Dr Istiani, MPsi, Dosen Psikologi dari Bina Nusantara University. Ia menyampaikan pentingnya Budaya Digital. Hal itu penting, karena peningkatan kualitas tak hanya pada keahlian teknologi digital, tetapi juga hal yang bersifat non teknis.
“Terlebih ASN yang memiliki tuntutan untuk melayani masyarakat. Budaya digital penting agar tetap relevan dan tidak tertinggal transformasi digital, selain menjadi tenaga kerja yang bisa menjawab tantangan baru dan tak tertinggal,” ujarnya.
Sesi kedua diisi digital content practitioner, Gatot Sandy. Ia membawakan materi tentang pentingnya Etika Digital untuk merasionalkan dan mengembangkan tata kelola di kehidupan sehari-hari lewat filtering di sosial media.
“Ada strategi yang dinamakan THINK, yaitu true yang berkenaan dengan kredibilitas informasi; Hurtful tentang kemungkinan informasi itu menyakiti orang; Inspiring terkait manfaat dari informasi tersebut; Necessary apakah informasi itu diperlukan masyarakat; dan terakhir adalah Kind, apakah informasi itu berujung pada kebaikan,” tuturnya.
Narasumber ketiga adalah Founder Pythonesia Org., Andri Johandri yang menyampaikan materi tentang digital safety atau keamanan digital di dunia maya. Ia mengingatkan untuk tidak menggunakan Wifi saat transaksi melalui m-banking, karena data kita bisa disalahgunakan.
Ia juga membahas keamanan data pribadi yang terdiri dari registrasi pada layanan publik, ketentuan layanan aplikasi, enkripsi data pribadi pada layanan, data pribadi dan sosial media.
“Dunia maya memang dunia yang bebas melakukan apa saja, namun kita harus berhati-hati. Jangan sampai data kita tersebar luas oleh diri kita sendiri. Misalkan, ada ‘challenge spill’ nama orang tua. Hal itu merupakan data pribadi yang tidak boleh asal disebarkan,” katanya.
Sesi terakhir diisi Praktisi Digital Marketing, Tri Hadiyanto Sasongko. Ia menjelaskan cara untuk menentukan kebenaran berita dengan meneliti alamat situsnya, apakah terpercaya atau tidak. Waspadai kalimat provokatif, mengecek gambar dengan beberapa situs terpercaya, dan memverifikasi siapa yang menyebarkan berita pertama.
“Kita harus mulai bijak memilah dan memilih berita yang muncul di smartphone kita, berita mana yang valid dan terverifikasi. Berita hoax berpotensi besar untuk memecah belah bangsa kita. Terlebih lagi ASN memiliki fungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa,” katanya. (Tri Wahyuni)