JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mendukung dikembangkannya platform digital untuk belajar tari tradisional dari seluruh Nusantara, Exprezi.
Dengan demikian, anak Indonesia, diaspora yang tinggal di luar negeri hingga orang asing yang mencintai seni dan budaya Indonesia dapat belajar tarian tradisional Indonesia, tanpa perlu keluar rumah.
“Semoga Exprezi dapat memperluas akses masyarakat untuk mempelajari seni tradisi Indonesia,” kata Dirjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Hilmar Farid dalam sambutan virtualnya dalam peluncuran Exprezi di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jumat (9/6/23).
Hilmar menjelaskan, dukungan pemerintah kepada Exprezi karena ide yang dikembangkan start-up culture-tech itu akan membantu proses dokumentasi tarian tradisional di Indonesia.
“Saya percaya, ke depan Exprezi dapat menjadi platform pengembangan seni tradisi di Indonesia, yang pada akhirnya akan memajukan kebudayaan Indonesia,” tuturnya.
Hilmar mengingatkan Exprezi untuk terus mengembangkan diri. Karena kelas tari online hingga kini belum sepenuhnya mampu menyajikan pengalaman autentik, seperti pembelajaran tatap muka di sanggar dengan guru.
Apalagi pengajaran tari tradisional terkait erat dengan filosofi wirasa, wiraga dan wirama, yang mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan gerak, irama, dan rasa/ruh.
“Ini tantangan bagi Exprezi, bagaimana platform digital yang dikembangkan memberi hasil yang lebih baik dari model pembelajaran melalui Youtube atau Zoom,” kata Hilmar.
Acara berlanjut dengan talkshow yang menghadirkan narasumber founder dan CEO Exprezi, Asanti Astari; Direktur Aplikasi, Permainan, Televisi, dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Iman Santosa.
Selain itu juga ada Founder Belantara Budaya Indonesia dan Ketua Umum Perempuan Pelestari Budaya Indonesia, Diah K Wijayanti, serta seniman yang juga penggiat budaya Nusantara, Ni Ketut Putri Minangsari.
Asanti Ashari yang juga praktisi pelestari budaya menegaskan, teknologi yang digunakan Exprezi berbeda dari media sosial lain, karena memiliki media player yang menawarkan pengalaman belajar menari yang unik.
“Kelas kami juga diajarkan para Maestro dan seniman-seniman terbaik Indonesia dalam bidangnya. Keberadaan mereka penting untuk menjaga keautentikan pengajaran,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Asanti, fitur Exprezi Masterclass akan menjangkau masyarakat lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri. Hal itu akan memberi kontribusi dalam upaya regenerasi tarian tradisional lewat pembelajaran digital yang kekinian.
“Belum lama ini, kami mempromosikan Exprezi melalui acara bertajuk ‘Weekly Briefing with Sandi Uno’ yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata Asanti.
Kedepannya, Exprezi akan mengembangkan konten kelas Masterclass yang mencakup pembelajaran alat musik tradisional, fitur ‘booking platform’ yang menghubungkan murid ke sanggar seni dan guru privat tari di seluruh Nusantara.
Exprezi juga membuka kesempatan kolaborasi dengan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota, swasta, maupun individu untuk mensponsori produksi konten-konten kelas tari Exprezi Masterclass agar hasilnya lebih ciamik.
“Mari bersama mendigitisisasi karya-karya tari Nusantara. Upaya ini sekaligus mendorong pelestarian budaya Indonesia dalam jangka panjang,” katanya.
Exprezi memberi kesempatan kepada publik untuk mencoba kelas Exprezi Masterclass secara gratis hingga 30 Juni 2023 melalui website www.exprezi.id.
Saat ini, Exprezi baru menampilkan dua dari 6 tampilan, yaitu tari condong legong keraton dan ragam dasar seni pencak silat Nusantara. Empat tarian lainnya, yaitu piring Minang, tari pasambahan Aceh, tari Tortor Batak Toba, dan Liko Pulo dari Aceh.
“Tarian yang dipilih untuk Exprezi masih untuk satu-dua orang atau banyak orang tetapi memiliki gerakan yang seragam,” kata Asanti yang menargetkan selesai dalam 6 bulan.
Ditanya soal tarif, Asanti belum berani menyebutkan. Karena masih dihitung. Apalagi hingga 31 Juni, platform tersebut bisa diakses secara cuma-cuma.
“Kami ingin menjadi Exprezi seperti Ruangguru. Meski berbayar, tapi tarifnya masih terjangkau. Jika Ruangguru mengajarkan ilmu pengetahuan, Exprezi untuk tari tradisional,” kata Asanti menandaskan.
Peluncuran Exprezi juga mendapat apresiasi dari Direktur Aplikasi, Permainan, Televisi dan Radio Kemenparekraf, Iman Santosa. Keberadaan platform tersebut akan membantu kesejahteraan para seniman dan pengrajin yang terlibat di dalamnya.
“Saya berharap para seniman mulai melek teknologi, dan mau memanfaatkannya untuk kesejahteraan,” katanya.
Hal senada juga dikemukakan Diah K Wijayanti. Guna menarik anak muda Indonesia mencintai budayanya sendiri, Belantara Budaya membuka kelas menari online secara gratis. Pesertanya saat ini mencapai 7 ribu anak.
“Kami ajak sanggar tari untuk berkolaborasi. Anak-anak yang menyukai tari, kami tawarkan untuk belajar di sanggar agar hasilnya lebih baik. Karena guru bisa langsung memperbaiki, jika ada gerakan yang tidak tepat,” katanya.
Kolaborasi lainnya membuat pagelaran dengan sanggar tari. Anak-anak merasa senang karena bisa tampil di depan khalayak, setelah latihan berbulan-bulan. “Jika sanggar bisa hidup, maka pengrajin seni budaya pun hidup. Karena banyak orderan masuk,” katanya.
Sementara itu Ni Ketut Putri Minangsari mengaku senang dengan keberadaan Exprezi untuk mempromosikan tarian Indonesia lebih luas. Namun, ia minta pada Exprezi untuk juga fokus pada pergerakan kaki, yang menjadi dasar pada tari Bali.
“Jika kaki tidak mendapat perhatian, tari Bali tidak akan hidup. Awalnya pada gerakan kaki, setelah itu badan, tangan lalu kepala. Anggota tubuh itu harus bergerak secara harmonis,” kata perempuan yang akrab dipanggil Putri tersebut. (Tri Wahyuni)