Suara Karya

Belum Optimal, Baru 13 Persen Siswa PAUD Ikuti Pembelajaran Daring

Direktur PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Muhammad Hasbi. (suarakarya.co.id/ist)

JAKARTA (Suara Karya): Pembelajaran daring (dalam jaringan/online) di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak berlangsung optimal. Dari 98,4 persen siswa di satuan PAUD, hanya 13 persen yang ikuti pembelajaran daring. Sisanya memakai metode penugasan melalui orangtua dan kunjungan langsung ke rumah siswa masing-masing.

Hal itu dikemukakan Direktur PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Muhammad Hasbi dalam bertajuk “Wajah Baru PAUD di Indonesia Pascapandemi Covid-19: Sinergi Sekolah dan Keluarga” yang digelar Program Studi Pendidikan Guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta, Sabtu (16/5/20).

Hasbi menambahkan, pandemi covid-19 memberi banyak pelajaran bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karena anak usia dini pun diminta untuk belajar dari rumah.

Disebutkan, metode pembelajaran dari rumah yang dilakukan satuan PAUD yakni sebanyak 35,3 persen melalui penugasan melalui orangtua, 17,5 persen oleh orangtua, dan 14 persen dilakukan melalui kunjungan guru ke rumah.

“Selanjutnya pembelajaran melalui TVRI sebanyak 19,9 persen dan pembelajaran melalui platform pembelajaran daring seperti Rumah Belajar maupun Anggun PAUD sebanyak 13,2 persen,” ucapnya.

Hasil survei yang dilakukan Direktorat PAUD, Ditjen PAUD Dikdasmen Kemdikbud belum lama ini menunjukkan, guru dan orangtua belum memiliki beragam pembelajaran daring. Sehingga kunjungan ke rumah pun jadi alternatif yang bisa dilakukan guru.

Jenis kegiatan yang dilakukan selama belajar dari rumah untuk jenjang PAUD, sebagian besar tidak membutuhkan kemampuan pedagogik seperti menggambar, menonton televisi, beribadah maupun bernyanyi.

Sementara kegiatan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis dilakukan lewat bermain dengan kreasi. Kegiatan lain belum menjadi pilihan bagi orangtua dan guru selama belajar dari rumah.

“Selain itu, masih ada guru menggunakan metode Lembar Kerja Siswa (LKS), yang dikhawatirkan dapat merusak potensi anak,” ujarnya.

Tantangan utama pembelajaran daring selama pandemi covid-19, menurut Hasbi, adalah ketersediaan jaringan internet, kemampuan teknologi informasi dan komunikasi orangtua yang memang tidak dipersiapkan untuk menjadi pendidik di rumah. Selain kurangnya kemampuan pedagogik guru, dan sebagainya.

Hasbi menyebut, ada 3 sentra pendidikan yang harus diperkuat untuk tumbuh kembang anak di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Faktor keluarga merupakan salah satu komponen terpenting.

“Selain satuan pendidikan, harus ada upaya dari keluarga. Karena anak dominan berada di rumah,” ucapnya.

Hasbi menilai, saat ini peran orangtua dalam tumbuh kembang anak secara perlahan mulai menguat. Salah satunya ditunjukkan saat orangtua mulai mengadopsi dan beradaptasi dengan pembelajaran daring.

“Orangtua kini mulai memiliki kesadaran untuk mendampingi anak-anaknya saat belajar di rumah. Banyak keluarga telah menjadi wadah anak dalam memperoleh pendidikan dan pengasuhan yang memadai. Orang tua belakangan ini semakin mengerti perannya dalam pendidikan di keluarga,” katanya menegaskan.

Kemudian sisanya, ada pada masyarakat. Lingkungan siswa PAUD menjadi penopang penting dalam meningkatkan pengembangan siswa di PAUD.

“Tiga sentra ini memberi manfaat kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang agar siap untuk melangkah ke pendidikan yang lebih tinggi,” ujar Hasbi.

Yang terpenting, lanjut Hasbi, pendidikan siswa PAUD tak kehilangan esensinya. Siswa PAUD harus meraih pendidikan dengan cara yang menyenangkan, yaitu belajar sambil bermain.

“Selain itu PAUD juga mengedepankan kesehatan, perlindungan dan pengasuhan. Dalam pemenuhan aspek pendidikan, layanan harus berpusat pada anak. Karena itu, bermain adalah strategi utama,” kata Hasbi menandaskan. (***)

Related posts