JAKARTA (Suara Karya): Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti masalah demokrasi di Indonesia, yang dinilai sudah tidak sehat. Hal itu terlihat pada kebebasan masyarakat dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah.
“Ada survei menyebutkan kalau 62,9 persen masyarakat Indonesia takut untuk menyampaikan pendapat. Ini sudah tidak sehat lagi,” kata AHY dalam kuliah umum bertajuk ‘Peran Milenial dalam Bela Negara’ di kampus Universitas Budi Luhur (UBL), Senin (26/9/22).
Kuliah umum itu disampaikan sebagai bagian dari kegiatan Orientasi Pendidikan (Ordik) Mahasiswa Baru UBL tahun 2022.
Putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut tiga masalah yang harus dihindari dalam berpolitik, yaitu politik uang, politik identitas dan politik fitnah.
Salah satu bentuk politik uang, menurut AHY, adalah membeli suara di tempat pemilihan suara (TPS). Politik uang akan membuat pemerintahan hanya dikuasai oleh golongan para pemilik uang.
“Lalu bagaimana nasib putra-putri terbaik bangsa yang punya pemikiran hebat dan punya energi kuat untuk membawa perubahan di negeri ini, tetapi tidak punya uang,” kata AHY mempertanyakan.
Ia berharap, anak-anak muda masa kini memiliki idealisme, sehingga bisa menyudahi politik uang. Sehingga uang tak lagi menjadi penentu jalannya pemerintahan di masa depan.
Terkait politik identitas, lanjut AHY, juga harus dihindari karena telah membentur-benturkan suku, ras dan agama di Indonesia yang beragam. Padahal Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, ras dan agama.
Dan yang paling menyakitkan adalah politik fitnah. Menyebar berita rumor atau hoax terus menerus, seolah-olah hal itu adalah kebenaran. Tuduhan yang tidak berdasar itu telah ‘mematikan’ karakter orang bersangkutan.
Terkait bela negara, AHY menyatakan bela negara bukan hanya menjadi tanggung jawab TNI, tetapi juga kewajiban semua rakyat termasuk kaum milenial.
“Bangsa Indonesia memiliki modal besar untuk mewujudkan itu, karena memiliki bonus demografi. Namun, semua itu tidak akan berarti jika tidak diikuti dengan bonus kompetensi,” tuturnya.
AHY menyebut, Indonesia terbilang beruntung dibandingkan dengan negara lain, karena memiliki keunggulan sumber daya alam.
“Tidak semua negara punya kekayaan alam seperti Indonesia, tetapi ingat banyak negara yang kaya sumber daya alam terjebak tidak bisa makmur, karena mereka tidak membangun sumber daya manusianya,” lanjutnya.
Atas dasar itu, ia berharap agar sumber daya manusia Indonesia maju sehingga bisa mengelola kekayaan alam untuk kemajuan bangsa.
AHY juga meyakini UBL bisa melahirkan generasi muda Indonesia yang siap bersaing di kancah internasional. “Setiap pertanyaan yang saya ajukan, selalu dijawab dengan bagus. Padahal masih mahasiswa baru. Inputnya saja sudah bagus,” kata AHY menandaskan. (Tri Wahyuni)