Berkat Aplikasi Trauma Bullying, SMAN 63 jadi Juara ‘Fun Research’

0

JAKARTA (Suara Karya): Siswa SMA Negeri 63 Jakarta meraih juara pertama ‘Fun Research’ yang digelar Universitas Pertamina. Prestasi itu diperoleh lewat pembuatan aplikasi untuk mengatasi trauma perundungan (bullying).

“Kompetisi ‘Fun Research’ kami buat untuk membangun budaya inovasi bagi kalangan muda. Kecintaan terhadap inovasi bisa jadi landasan karir bagi anak di masa depan,” kata Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama Universitas Pertamina, Budi W Soetjipto dalam siaran pers, Jumat (19/3/2021).

Menurut Budi Soetjipto, pembuatan aplikasi untuk trauma perundungan menjadi menarik, mengingat kasus semacam itu masih terus terjadi di kalangan remaja. Bahkan perundungan di sudah merambah hingga ke dunia digital.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan ada 37.381 laporan perundungan selama periode 2011-2019. Dari jumlah itu, ada 2.473 kasus disinyalir terjadi di dunia pendidikan.

Bahkan Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset ‘Programme for International Students Assessment (PISA)’ pada 2018, mengungkapkan sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan.

Pada tahun yang sama, Budi menambahahkan, Indonesia juga berada di posisi ke-5 dari 78 negara dengan murid yang mengalami perundungan paling banyak.

“Selain memberi dampak negatif secara fisik dan psikis bagi korban, perundungan juga dapat menjadi penyakit menular. Sebuah badan amal anti penindasan, ‘Ditch the Label’, pada 2016 melakukan survey kepada 8.850 responden berusia 12 hingga 20 tahun,” tuturnya.

Hasilnya, lanjut Budi Soetjipto, terungkap 14 persen pelaku perundungan merupakan korban. Karena itu, berbagai upaya dilakukan di berbagai belahan dunia guna menekan angka perundungan. Termasuk, mengurangi efek perundungan untuk memutus mata rantai.

Ketua Tim Peneliti SMAN 63 Jakarta, Syifa Nur Sabila menjelaskan, aplikasi bernama Spinther (Spin Therapy) dibuat untuk mengurangi trauma perundungan pada anak.

Aplikasi itu berisi sejumlah fitur, yang terdiri dari permainan terapi, catatan harian untuk mengungkapkan perasaan atau emosi korban, informasi kontak konselor, kuis untuk mengetahui tingkatan trauma yang dialami korban. Serta informasi seputar perundungan, seperti dampak dan gejalanya.

“Lewat aplikasi ini, kami berharap korban perundungan bisa menghilangkan traumanya dan memulai ‘self-healing’,” ujarnya.

Pemenang kedua dalam konpetisi untuk sekolah se-Jabodetabek adalah siswa dari SMAN 8 Jakarta dengan judul penelitian ‘Online Platform Sharing Asset Pendukung Pembelajaran Jarak Jauh’. Sedangkan pemenang ketiga diraih siswa dari SMAN 4 Kota Tangerang Selatan dengan judul penelitian ‘Wirausaha Keliga Sebagai Usaha Kreatif Era Pandemi’.

Para pemenang mendapat dana Rp15 juta untuk pengembangan dan aplikasi purwarupa penelitian mereka. Selain pembinaan selama pelaksanaan proyek.

Dalam bagian akhir sambutannya, Budi Soetjipto mengemukakan, setiap mahasiswa wajib menyelesaikan mata kuliah ‘Critical Thinking’ dan ‘Creative Problem Solving’ sebagai upaya membangun budaya inovasi.

“Budaya ini kami ingin tularkan Ini ke level yang lebih rendah, yaitu siswa SMA melalui kompetisi ‘FUN Research’,” ujarnya.

Ditambahkan, budaya inovasi di Universitas Pertamina membuahkan hasil. Baru-baru ini, mahasiswa Universitas Pertamina berhasil menyabet beragam penghargaan di ajang ‘Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP)’.

OGIP merupakan event tahunan berskala internasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Tim dari Universitas Pertamina meraih juara 1 dan juara 2 dalam kategori ‘Plan Of Development Competition’ dan Juara 1 dan 2 dalam kategori ‘Geothermal Study Case’. (Tri Wahyuni)