Berkat Desain Sumur CO2-EOR, Mahasiswa UPER Sabet Juara IPFEST 2023

0

JAKARTA (Suara Karya): Lima mahasiswa teknik perminyakan Universitas Pertamina (UPER) berhasil menginisiasi pembuatan desain sumur CO2-Enhanced Oil Recovery (EOR) yang mampu menekan emisi karbon.

Berkat inovasi itu, kelima mahasiswa yang tergabung dalam Tim DrillFit berhasil menyabet juara pertama di ajang Integrated Petroleum Festival 2023 (IPFEST 2023) untuk kategori Well Design Competition di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), pada akhir pekan lalu.

Juru bicara DrillFit, M Kenandipa yang didampingi rekan seperjuangan yaitu Elizabeth Bella, Asyifa defirsta, Naufal Hendra dan Andreas Dimas menjelaskan, EOR adalah metode eksplotasi minyak dengan mengoptimasi sumur minyak.

“Metode CO2-EOR meningkatkan produksi dengan menyuntikkan CO2 dalam sumur produksi. Gas CO2 akan memberi tekanan ke seluruh reservoir minyak yang memungkinkan terjadinya peningkatkan mobilitas aliran minyak lebih besar,” ujarnya.

Selain tahan terhadap tekanan dan temperatur tinggi, desain sumur CO2-EOR karya tim DrillFit memiliki keutamaan dari sisi struktur. Empat casing yang ada mampu menahan reruntuhan formasi dari dalam sumur dan memiliki tubing yang dapat menahan laju suhu, tekanan, serta sifat korosif CO2.

Mengutip data Oil Climate Index yang memperhitungkan, setiap barel minyak mentah di Indonesia menghasilkan 711 kg CO2 yang mana kegiatan itu membentuk polutan berbahaya.

“Penerapan skema CO2-EOR akan menginjeksi kembali CO2 yang memungkinkan untuk terjadinya siklus emisi yang lebih rendah,” tutur Kenan.

EOR merupakan tahap ketiga atau tahap tertiary. CO2 yang dihasilkan produksi migas akan diolah dan menjadi stimulus pada sumur produksi minyak. Karena CO2 memiliki tekanan yang besar, sumur didesain dengan komponen chromium.

“Komponen itu memiliki keunggulan bisa tahan terhadap tekanan CO2 dan korosivitas,” kata Kenan menegaskan.

Dosen pembimbing tim DrillFit, Raka Sudira Warsana memberi apresiasi atas capaian timnya. “EOR merupakan alternatif dalam meningkatkan produksi migas sekaligus membantu mewujudkan upaya pengurangan CO2,” ujarnya.

Ditambahkan, pembangunan EOR dipelajari mahasiswa dalam mata kuliah Teknik Pengeboran. Mata kuliah itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Sehingga karya yang dihasilkan Tim DrillFit merupakan bentuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima dalam kelas.

Pengembangan sumur CO2-EOR menjadi penting karena International Energy Agency (IEA) memproyeksi hingga tahun 2030 permintaan energi mengalami lonjakan hingga 45 persen.

Meski sejumlah negara terus berupaya mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dan digadang dapat menjadi alternatif, IEA mengkalkulasi jumlah konsumsi energi terbarukan pada 2030 hanya mencapai 18 persen.

Jumlah ini masih jauh dari target 32 persen untuk mencapai aspirasi Net Zero Emission (NZE) 2060.

Meski energi fosil saat ini masih dominan, perusahaan migas terus mengembangkan metode produksi energi yang lebih ramah lingkungan. Pertamina, misalkan, pada 2021 berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 7,4 juta metrik ton CO2.

Upaya itu dilakukan melalui pengurangan non-routine emissions dari proses yang digunakan untuk bahan bakar penggunaan sendiri dan pasokan gas ke pelanggan. (Tri Wahyuni)