JAKARTA (Suara Karya): Bank Indonesia (BI) Jakarta, menargetkan 2,2 juta pedagang menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) hingga akhir tahun 2021. Demikian dikatakan Kepala Kantor Perwakilan BI, DKI Jakarta Onny Widjanarko, dalam acara “Festival Ekonomi Keuangan Digital 2021” di Jakarta, Jumat (9/4/2021).
Menurut Onny, sejumlah strategi telah dijalankan BI untuk memikat pedagang menggunakan QRIS sebagai media transaksi dalam berniaga.
“Kami bersama dengan industri jasa keuangan akan masuk ke pasar tradisional, kampus, komunitas hingga ke sektor pariwisata,” kata Onny.
Lebih jauh dia mengungkapkan, pasar tradisional menjadi salah satu target yang disasar BI. Dari total 160 pasar di bawah PD Pasar Jaya, menurut Onny, sebanyak 120 pasar telah menggunakan QRIS.
Selain itu, kampus yang isinya adalah mahasiswa, kata Onny, bisa menjadi target dalam menyosialisasikan QRIS. Karena mahasiswa lebih melek terhadap teknologi sehingga akan mudah dalam penyampaiannya.
Onny juga menegaskan beberapa manfaat prnggunaan QRIS bagi para pedagang. Selain memudahkan dalam pembayaran, pedagang yang menggunakan QRIS juga bisa lebih mudah dalam mengakses kredit.
“Karena setiap transaksinya kan tercatat sehingga itu bisa menjadi pertimbangan dalam memperoleh pembiayaan dari industri keuangan,” ujarnya.
Khusus di Jakarta, Onny mengatakan ingin membangun ekosistem terlebih dahulu. “Kita memulai dari para pedagang terlebih dahulu. Jika pedagangnya saja sudah cashless, maka nantinya mau tidak mau para pembelinya akan mengikuti. Kalau itu bisa dibangun maka perluasannya bisa lebih besar lagi,” tambahnya.
Tak hanya BI yang menyosialisasikan penggunaan QRIS, pada 31 Maret lalu sudah ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) Keputusan Presiden (Keppres) No 3 Tahun 2021 tentang pembentukan Satuan Tugas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (Satgas P2DD). Keppres tersebut ditujukan guna mempercepat implementasi digitalisasi transaksi keuangan. Dari 542 daerah otonom, 110 daerah sudah menginisiasi pembentukan TP2DD.
“Dengan adanya tim ini, saya rasa bisa lebih mempercepat digitalisasi. Pemanfaatan digital juga bisa menyelamatkan ekonomi. Setidaknya ada 5 dampak digitalisasi yaitu memperluas pasar, akses logistic lebih mudah, akses keuangan lebih beragam, akses produksi hingga akses pembayaran,” ujarnya. (Bayu)