
JAKARTA (Suara Karya): Bank Indonesia (BI) perwakilan DKI Jakarta, berharap kedepannya seluruh transaksi perbelanjaan bisa dilakukan secara elektronik atau tidak lagi menggunakan uang tunai. Hal ini tentunya akan menguntungkan pembeli dan penjual, dari sisi keamanan yang terjamin, nilai transaksi yang tepat tanpa ada merasa yang dirugikan dan diuntungkan, dan bahkan dari sisi kesehatan dan kebersihan juga bisa terjaga.
Demikian dikatakan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Suharman Tabrani, saat meninjau Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (6/4/2022).
Transaksi dengan menggunakan sitem pembayaran elektronik, lanjut Suharman nantinya bukan hanya bisa dilakukan oleh kios-kios klontong, mini market, atau grosir-grosir barang rumah tangga dan kebutuhan pokok saja. Harapannya, pedagang cabai eceran, lapak-lapak daging, ikan, pedagang sayuran, dan buah-buahan di pasar tradisional juga sudah tidak lagi bertransaksi dengan uang tunai.
“Kami terus sosialisasi dan menggalakan penggunaan Qick Respon Code Indonesian Standard (QRIS). Targetnya, meminimalisasi penggunaan uang tunai dalam bertransaski,” katanya.
Dalam merealisasikan pengunaan QRIS, BI Jakarta tentunya sudah menggandeng banyak pihak seperti PD Pasar Jaya, dan beberapa perbankan nasional sebagai penyedia jasa pembayaran (PJP).
Diketahui, saat ini PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN) mencatat jumlah merchant QRIS di wilayah provinsi DKI Jakarta, per 18 Maret 2022, terdapat 3,4 juta merchant atau sebesar 20,4% dari capaian nasional (16,1 juta merchant) . Capaian tersebut menunjukkan bahwa penetrasi penggunaan QRIS sebagai kanal pembayaran oleh masyarakat DKI Jakarta semakin meluas. (Bayu)