JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mendorong lembaga kursus dan pelatihan (LKP) bidang tata boga untuk lebih kreatif dan cerdas dalam membaca peluang.
“Karena kuliner, salah satu bisnis yang paling cepat bertumbuh pascapandemi covid-19,” kata Direktur Kursus dan Pelatihan Wartanto dalam webinar bertajuk ‘Sinergitas Ikaboga Indonesia Kembangkan Program Pendidikan Kewirausahaan di LKP Tata Boga’ di kanal YouTube KursusKita, Kamis (9/2/23).
Direktur Wartanto mengingatkan LKP untuk bersinergi atau berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan agar dapat menghadirkan layanan pendidikan yang inovatif dan mampu mendukung pengembangan industri boga di Tanah Air.
“Setelah keluar dari zona merah covid-19, kita bisa saksikan tumbuhnya pusat-pusat kuliner di Tanah Air. Hal itu menandakan bidang kuliner dan boga kita memang luar biasa,” ujarnya.
Selain menjadi sektor yang cepat bangkit dari covid-19, industri boga juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pembukaan lapangan usaha baru.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Juni 2022 menyebut, ada 11.223 usaha kuliner tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 8.042 usaha (71,65 persen) adalah restoran atau rumah makan, 269 usaha (2,40 persen) berupa katering, dan sisanya 2.912 usaha (25,9 persen) masuk dalam kategori lainnya.
Karena itu, lanjut Wartanto, LKP sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi nonformal harus dapat melihat peluang besar dari industri boga. LKP harus mampu menyediakan layanan pendidikan inovatif dan kreatif agar melahirkan peserta didik yang mampu membuka usaha boga.
“Kursus tata boga merupakan salah satu kursus yang paling banyak diminati. Karena itu LKP bidang boga harus memiliki kreativitas yang luar biasa,” ucapnya.
Wartanto mendorong LKP bidang tata boga untuk gencar bersinergi dengan lembaga ataupun institusi, salah satunya adalah Ikatan Ahli Boga (Ikaboga) Indonesia.
“Sinergitas ini penting agar program pendidikan dan kewirausahaan di LKP tata boga menjadi lebih kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Sebagai sentra pengembangan boga di Indonesia, LKP dan Ikaboga bisa saling bersinergi untuk menggali dan mengembangkan potensi kuliner di Indonesia.
Wartanto berharap, sinergi itu melahirkan kuliner khas Indonesia, baik dari bahan, rempah dan juga penyajian. “Indonesia adalah negara dengan kekayaan boga yang melimpah. Hal itu diharapkan menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi pemasukan negara,” katanya.
Sementara itu, Manajer Budi Mulia Dua Culinary School, Ani Syafa’atun selaku pembicara mengatakan, sinergitas dalam pengelolaan LKP memang tidak bisa dihindari. Mengingat, dunia pendidikan kerap tertinggal dari industri.
“Karena itu, LKP perlu bersinergi dengan institusi lain, baik organisasi maupun industri. Dengan demikian, lulusan LKP bisa selaras dengan kebutuhan dunia usaha dan industri,” ujar Ani.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sesjen) Ikaboga Indonesia, Neni menilai, sinergitas penting agar bisa saling mengetahui kebutuhan satu sama lain.
Webinar merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-7 Ikaboga yang diisi acara seminar, lokakarya, dan lomba-lomba. Perlombaan berupa penataan parsel/hamper yang berisi olahan kue berbahan tepung beras dan lomba membuat minuman berbahan kopi nusantara. (Tri Wahyuni)