JAKARTA (Suara Karya): Pengembangan serai wangi di Indonesia hampir terdapat diseluruh Provinsi, mengingat serai wangi merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menuntut perlakuan khusus, sehingga bagi pekebun sangat mudah membudidayakannya.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono, mengatakan komoditas serai wangi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup digemari saat ini. Seperti minyak serai wangi Indonesia dikenal dengan nama Java Citronella Oil.
Adapun sentra pengembangan serai wangi kata dia, terdapat di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kep. Bangka Belitung, Bali, NTB dan NTT.
“Manfaat minyak serai wangi sangat beragam antara lain sebagai bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati,” kata Kasdi di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Diungkapkannya, saat ini Indonesia merupakan pemasok minyak serai wangi kedua setelah RRC. Konsumsi minyak serai wangi dunia mencapai 2.000-2.500 ton per tahun sedangkan RRC memasok 600-800 ton pertahun sehingga masih terbuka peluang untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia tersebut,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan melalui keterangan persnya.
Menurut Kasdi, dengan perkembangan teknologi, minyak serai wangi dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bio-aditif bahan bakar minyak (BBM). Tak hanya itu, tanaman seraiwangi juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi pada lahan kritis, baik untuk penghijauan pada lahan-lahan yang terkena erosi maupun reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan gambut.
Dia mencontohkan, di Provinsi Sumatera Barat, minyak serai wangi telah dikembangkan secara home industri berupa pembersih lantai, sabun untuk mandi dan cuci tangan bahkan minyak oles. Selain di provinsi Sumatera Barat, beberapa provinsi lainnya seperti Sumatera Selatan dan Lampung juga banyak mengembangkan home industri serai wangi ini berupa sabun cuci tangan, sabun mandi, dan minyak telon serta kebutuhan rumah tangga lainnya.
Saat ini perusahaan besar banyak menggunakan minyak serai wangi sebagai bahan baku industri rumah tangga seperti sabun atau produk lain.
Dengan melihat peran komoditas serai wangi dan hasil olahannya yang telah memberikan kontribusi bagi negara dan petani/pekebun khususnya, tentunya juga harus didukung dengan perencanaan yang menyeluruh, terpadu dan sinergis baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Diberitakan sebelumnya, dalam kunjunganya ke lokasi bencana di Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor bulan Februari lalu (3/02/2020), Presiden Jokowi menyerukan bahwa pendekatan yang harus dilakukan pada lokasi terjadinya bencana bencana banjir dan tanah longsor, bukan hanya pada pembangunan fisik saja, namun juga perlu dilakukan pendekatan vegetatif melalui penanaman bibit seperti tanaman vetiver dan sereh wangi, agar ekosistem yang ada tidak terganggu.
Selain melihat bangunan dam penahan longsor dan pembuatan bronjong kawat di daerah yang dilanda longsor di awal Januari lalu itu, Presiden Jokowi juga meninjau ke Desa Pasir Madang dan ikut dalam penanaman bibit di kebun bibit desa.
“Kegiatan ini untuk mengedukasi masyarakat terkait pendekatan vegetatif dalam penanganan bencana. Untuk daerah Sukajaya ini, pemerintah menyiapkan kurang lebih 92 ribu bibit tanaman, dari jenis yang bernilai ekonomi seperti jengkol, durian, sirsak, hingga petai, dan tanaman yang berfungsi untuk memperbaiki ekosistem, dan juga seperti tanaman vetiver dan sereh wangi,” kata Presiden di Kebun Bibit Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya. (Indra DH)