
JAKARTA (Suara Karya): Menjadi Baro Meter Pembinaan atlet nasional tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu harus ditebus kerja keras dan bersinergi dengan berbagai unsur pembinaan atlet, mulai tingkat bawah baik melalui klub, sasana, perkumpulan, PPLP, PPOP, PPLM hingga masuk Pelatda.
Jenjang pembinaan itu harus berjalan berkesinambungan tidak boleh putus ditengah jalan dalam mempersiapkan ke berbagai multi event baik tingkat pelajar hingga umum. Pada intinya semua unsur melakukan pembinaan atlet untuk meraih prestasi puncak.
Hal itulah harus mendapat pengawasan dan binaan dari pemerintah mulai dari tingkat bawah selevel Dispora. Bila pembinaan sempat terganggu, maka sudah seharusnya peranan pemerintah ikut turun tangan menanggulangi dan memberikan uluran tangan.
Pembinaan atlet di DKI Jakarta sempat vakum ketika terjadi dualisme kepemimpinan KONI DKI. Gonjang-ganjingnya kepengurusan KONI DKI diera tahun 2017 hingga memasuki 2018 terpaksa Dispora DKI turun tangan. Dengan harapan, Pembinaan atlet tetap jalan dan tidak boleh putus ditengah jalan.
Guna memberikan bantuan itulah akhirnya pemerintah DKI Jakarta melalui Kadispora meluncurkan Program Olahraga Berkelanjutan (POB). POB berjalan dengan lancar mengawal pembinaan atlet DKI Jakarta terus melakukan aktifitas agar atlet tetap berlatih dan berlatih.
Memantau latihan atlet selama dalam pengawasan POB maka diberikan test performa baik yang ada dalam naungan atlet lapis utama maupun lapis kedua. Bahkan terdaftar 1.117 atlet yang masuk dalam POB dan ikut dalam test performa diera tahun 2018.
Jumlah yang cukup besar itu prestasinya terus dipantau dan dilakukan sistem promosi degradasi (Promdeg). Bagi atlet yang prestasinya staknan bisa digantikan atlet yang ada dilapis bawahnya. Dengan begitu, atlet tetap terpacu melakukan latihan keras selama masuk dalam daftar POB.
Kendati begitu pada intinya POB sebenarnya melengkapi “Batang Tubuh” pembinaan atlet di DKI Jakarta yang sudah memiliki tahapan seperti PPLP, PPOP, PPLM dan Pelatda. Bahkan ada pula atlet elit DKI yang sudah masuk Pelatnas.
“POB fakus pada pembinaan atlet tingkat dasar mulai usia 8 hingga 12 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Bahkan atlet diluar sekolah yang ditempa melalui klub. Begitu juga membantu memperbanyak jam terbang atlet elit DKI Jakarta yang diproyeksikan ke SEA Games, Asian Games maupun ke Olimpiade,” tegas Kabid Pembinaan Prestasi Atlet Dispora DKI Jakarta Ondang Gufron.
Dengan melengkapi Batang tubuh pembinaan prestasi atlet DKI Jakarta katanya, POB tidak mengalami benturan dengan pembinaan atlet yang dilakukan KONI DKI yang fokus mempersiapkan atlet menuju PON. Sementara Dispora DKI fokus membenahi pembinaan prestasi atlet yang dipersiapkan ke Pekan Olahraga Nasional (POPNAS).
Melalui pembinaan dari berbagai arah itulah akan dihasilkan prestasi atlet seoptimal mungkin baik dalam segi kuantitas maupun kwalitas. Dengan harapan, kontingen DKI Jakarta dapat meraih kembali tampuk pimpinan baik saat atlet diturunkan di POPNAS maupun atlet senior yang ditampilkan di PON nantinya. (Warso)