JAKARTA (Suara Karya): Kampus Institut Pariwisata Trisakti (IP Trisakti) kedatangan Chef ternama dari Filipina, Datu Shariff Pendatun, Senin (10/6/24). Kehadirannya bagian dari perayaan hubungan diplomatik Indonesia-Filipina yang ke-75.
Acara bertajuk ‘Dulang: Culinary Arts and Gastronomy of Philippine Moslem Mindanao’ itu juga dihadiri Duta Besar Filipina untuk Indonesia, Gina A Jamoralin; Konsulat Jenderal Gonaranao B Musor; Kepala Kantor Kebudayaan, Rady Dela Cruz; Wakil Bidang Ekonomi, Quinnie Garces; bagian protokol Julius Calisin; dan Pamong Budaya Ahli Madya Direktorat Jendral kebudayaan, Kemdikbudristek, Wawan Yogaswara.
Para tamu disambut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Pariwisata Trisakti, Agus Riyadi; dan Kepala Departemen Pengelolaan Perhotelan, Institut Pariwisata Trisakti, Robiatul Adawiyah.
Datu Shariff dalam kesempatan itu memperkenalkan beragam kuliner Mindanao, kota dengan mayoritas muslim di Filipina yang memiliki kemiripan dengan masakan Indonesia. Karena menggunakan bumbu dapur seperti lengkuas, kunyit, jahe, serai, dan daun salam.
“Kami juga punya masakan dengan citarasa seperti rendang, yang kami sebut kare-kare. Juga ada nasi atau kiyuning dalam bahasa tagalog dipadu santan dan kunyit, yang di Indonesia disebut nasi kuning,” tuturnya dalam bahasa Inggris bercampur bahasa Indonesia.
Penulis buku kuliner ‘Table for Ten’ menggelar demo memasak dua menu di depan ratusan mahasiswa yang hadir dalam ruang auditorium kampus. Dua masakan itu adalah palapa piyaparan atau coconut chicken, semacam ayam serundeng versi basah. Karena parutan kelapa tidak dibuat kering.
Menu kedua berbahan pisang mentah atau sangkerat dalam bahasa tagalog dan santan, seperti kolak di Indonesia tetapi air santannya hanya sedikit. Rasa manisnya dari gula putih ditambah aroma vanila yang menyegarkan.
Datu Shariff menjelaskan, pengaruh masakan Filipina paling terkenal berasal dari Spanyol, Cina, dan Amerika. Namun, makanan Pinoy berakar kuat di Asia Tenggara, sehingga memiliki kemiripan dengan masakan yang ada di 10 negara ASEAN.
Datu Shariff mengaku senang bisa hadir sekaligus berbagi resep di kampus Institut Pariwisata Trisakti. Apalagi mahasiswa yang hadir antusias bertanya seputar kuliner di Filipina dan Mindanao.
“Saya dapat banyak ilmu dan pengalaman lewat kegiatan ini. Semoga bisa datang ke Indonesia lagi di masa depan,” ungkap pria yang baru pertama ke Jakarta, meski telah melanglang buana ke kota-kota lain di Indonesia untuk mengulik kuliner lokalnya.
Kebahagiaan serupa juga disampaikan Duta Besar Filipina untuk Indonesia, Gina A Jamoralin.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral Filipina dan Indonesia yang sudah berlangsung selama 75 tahun.
“Kebanggaan bagi kami bisa hadir di kampus Institut Pariwisata Trisakti. Dan berbagi pengalaman bersama dalam perayaan ini,” ucap Gina A Jamoralin. (Tri Wahyuni)