JAKARTA (Suara Karya): China mengutuk pertempuran di Myanmar antara tentara pemerintah Myanmar dan militan etnis dekat perbatasan China, yang telah menyebabkan orang-orang melarikan diri ke wilayah China pada Minggu (13/5).
Militer Myanmar sering bentrok dengan beberapa kelompok yang mengatakan mereka memperjuangkan otonomi lebih besar bagi minoritas-minoritas etnis di kawasan itu, yang perdagangan luar negeri Myanmar banyak mengalir.
Pemerintah Myanmar mengatakan pada Sabtu bahwa para pemberontak etnis di Myanmar membunuh 19 orang, termasuk empat anggota pasukan keamanan, dalam satu serangan besar dekat pintu perbatasan utama dengan China.
Sebanyak 14 orang, termasuk dua wanita, tewas, dan 20 lainnya luka-luka, demikian seorang juru bicara pemerintah.
Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), yang beranggota para pejuang dari kelompok etnis Ta’ang dan Palaung, mengatakan kelompok itu telah menyerang sebuah kasion yang kelola orang-orang dari milisi dan sebuah pos tentara Myanmar di pinggiran kota perbatasan Muse, beberapa ratus meter dari sungai yang memisahkan negara bagian Shan di bagian utara Myanmar dan Provinsi Yunnan, China.
Kedutaan besar China di Myanmar mengatakan dalam pernyataannya bahwa konflik telah mengakibatkan peluru-peeluru yang ditembakkan memasuki wilayah Tiongkok, dan juga sejumlah orang mengungsi.
“Kedutaan besar China di Myanmar mengutuk insiden tersebut, dan menaruh iba atas orang-orang tak bersalah yang terluka,” demikian kedutaan itu dalam pernyataan, dengan menambahkan bahwa pihaknya telah menyampaikan nota kepada pemerintah Myanmar.
China menyerukan semua pihak untuk menahan diri, memberlakukan gencatan senjata, dan mencegah situasi agar tak meningkat, dan juga memulihkan perdamaian untuk kawasan perbatasan China-Myanmar. (Ant/Reuters)