Demi Indonesia Emas 2045, Ditjen Diktiristek Kejar Target Doktor Muda

0

JAKARTA (Suara Karya): Akselerasi pertumbuhan jumlah sumber daya manusia (SDM) pendidikan tinggi bergelar doktor merupakan salah satu kunci meningkatkan daya saing bangsa melalui inovasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2024 menargetkan jumlah SDM bergelar doktor di Indonesia capaian angka 20 persen. Namun hingga saat ini, capaian masih dibangka 16 persen. Butuh sekitar 4 persen lagi untuk mencapai target tersebut.

Urgensi untuk meningkatkan jumlah doktor dalam waktu singkat itu telah direspons Direktorat Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) sejak 2013.

Upaya itu dilakukan melalui Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program terobosan itu berupa beasiswa studi lanjut pada jenjang magister (S-2) dan doktor (S-3) selama 4 tahun di perguruan tinggi terbaik di Tanah Air, serta mendapat bimbingan dari promotor handal di bidangnya.

Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Tjitjik Srie Tjahjandarie dalam acara Anjangsana Beasiswa PMDSU batch V bertajuk ‘Cendekiawan Muda untuk Indonesia Emas 2045’ menegaskan, seluruh mahasiswa beserta alumni PMDSU adalah SDM pengisi pembangunan untuk Indonesia emas 2045.

Selain itu, PMDSU juga menjadi strategi Kemdikbudristek untuk memenuhi target Bappenas.

“Karena jika dilakukan melalui program doktor reguler, kita perlu waktu minimal 7 tahun. Namun lewat program PMDSU, diharapkan upaya mencetak doktor bisa diraih dalam 4 tahun,” ujarnya.

Dalam program PMDSU, peserta diharapkan bisa saling men-trigger satu dengan yang lain untuk selesai on-time atau tepat waktu.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Sumber Daya Ditjen Diktiristek, Mohammad Sofwan Effendi menjelaskan, alokasi beasiswa PMDSU tahun depan naik dua kali lipat hingga menjadi 300 penerima.

Hal ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin agar Indonesia memiliki SDM mumpuni yang siap berkontribusi di berbagai bidang pembangunan.

“Pada 2045, Indonesia memasuki usia 100 tahun yang diharapkan memiliki ekonomi yang kuat dan makmur. Target itu hanya bisa terwujud jika SDM Indonesia unggul,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Sofwan, kita harus mengambil peluang dari bonus demografi untuk menaikkan rasio penduduk dengan kualifikasi S-2 dan S-3. Salah satunya melalui beasiswa PMDSU,” ucap Sofwan.

Hingga saat ini, Program PMDSU sudah memasuki angkatan keenam (batch VI) dengan total 1.008 penerima. PMDSU berhasil mencetak doktor muda yang saat ini sudah berkarier di berbagai institusi, baik sebagai dosen maupun peneliti.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam mengatakan, keberadaan doktor di sebuah negara mampu memberi kontribusi kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menghasilkan inovasi.

Nizam menambahkan, inovasi itulah yang membuat Indonesia keluar dari ‘middle trap income’. “Industri kita sebagian besar bergantung pada bahan baku impor, dan masih berupa lisensi,” ujarnya.

Untuk itu, Nizam menambahkan, kita butuh peneliti-peneliti berkualifikasi doktor yang memiliki obsesi untuk menjawab permasalahan nyata industri, antara lain, meningkatkan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) hingga mengubah industri tukang jahit menjadi industri berbasis inovasi.

Nizam mengungkapkan, peningkatan daya saing bangsa tak terlepas dari peningkatan daya saing perguruan tingginya. Karena itu, untuk mencapai perguruan tinggi berkelas dunia dibutuhkan dosen dan peneliti yang produktif dalam publikasi ilmiah.

“Selama 6 tahun terakhir publikasi Indonesia meningkat secara eksponensial. Pada 2021, jumlah publikasi ilmiah Indonesia tercatat mencapai 50 ribu publikasi per tahun,” tuturnya.

Hal itu mendongkrak peringkat publikasi ilmiah Indonesia dari peringkat 56 dunia naik ke peringkat 21 dunia.

Pada kesempatan yang sama, Nizam juga mengapresiasi capaian publikasi ilmiah mahasiswa PMDSU. Hingga kini, jumlah publikasi di jurnal internasional yang dihasilkan mahasiswa PMDSU batch I sampai VI mencapai 1.921 publikasi.

Capaian itu tidak lepas dari peran promotor yang membimbing dalam melakukan penelitian.

“Kita sudah mampu mengejar kuantitas, sekarang tugas kalian sebagai mahasiswa PMDSU adalah tetap produktif untuk meningkatkan kualitas publikasi,” ucap Nizam.

Disebutkan, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu bangun dan kembangkan obsesi untuk jadi negara maju melalui inovasi, kerja keras, serta kemauan dan tekat yang kuat.

Sementara itu, Koordinator Pembinaan Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Diktiristek, Juniarti Dwi Lestari menyampaikan kegiatan anjangsana kali ini diikuti 150 penerima beasiswa PMDSU batch V dari 18 perguruan tinggi.

Dalam acara, para penerima beasiswa dapat berbagi pengalaman ketika menjalani program doktor di masing-masing kampus.

“Hal itu akan memberi motivasi, soft skills dan kepemimpinan untuk adik-adik para calon dosen dan peneliti di batch V ini,” kata Juniarti menandaskab. (Tri Wahyuni)