JAKARTA (Suara Karya): Tanoto Foundation (TF) meluncurkan Program Fellowship untuk lulusan perguruan yang ingin menjadi ‘aktor-aktor’ pembangunan melalui bidang pendidikan.
Peserta program akan belajar dan terjun langsung dalam ekosistem pendidikan di daerah-daerah intervensi Tanoto Foundation selama 1 tahun penuh.
“Karena pendidikan berkualitas akan mempercepat terciptanya kesetaraan peluang,” kata Country Head Tanoto Foundation, Inge Kusuma dalam peluncuran ‘Tanoto Foundation Fellowship Program’ di Jakarta, Kamis (6/6/24).
Pendaftaran Tanoto Foundation Fellowship Program dibuka hingga 6 Juli 2024.
Ditambahkan, pendidikan yang berkualitas juga menjadi kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
“Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di Indonesia tidak bisa dilakukan pemerintah sendirian. Pekerjaan besar itu memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan berkelanjutan,” tuturnya.
Tak hanya itu, lanjut Inge, diperlukan juga lebih banyak aktor-aktor pembangunan yang memiliki kepedulian dan kesungguhan khususnya pada sektor pendidikan.
“Para penerima program nantinya akan dibimbing mentor-mentor berpengalaman, baik dari tim internal Tanoto Foundation maupun mitra-mitra pembangunan lainnya,” ujarnya.
Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981, telah menjalankan berbagai program dan bentuk kerja sama dengan pemerintah dan mitra pembangunan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.
“Tanoto Foundation Fellowship Program merupakan bentuk komitmen berkelanjutan kami untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia,” katanya.
Inge berharap, program dapat menghasilkan pemimpin yang handal, yang dapat meneruskan tongkat estafet pembangunan di masa depan. Pemimpin yang memberi dampak positif serta berkelanjutan untuk kejayaan Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami mengatakan, mempersiapkan manusia-manusia unggul sama pentingnya dengan infrastruktur, ekonomi, dan sektor lainnya. Bahkan upaya itu menjadi kunci dalam pembangunan bangsa.
“Tanoto Foundation sejauh ini menjadi salah satu institusi yang menunjukan komitmen di bidang pendidikan, yang merupakan tulang punggung pembangunan bangsa,” ucap Amich.
Tanoto Foundation Fellowship merupakan program terbuka untuk generasi muda maksimal usia 26 tahun yang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi, minimal setingkat sarjana.
Peserta yang terpilih harus berkomitmen untuk mengikuti program Fellowship yang terdiri dari 5 tahapan. Tahap pertama, orientasi atau Induction, untuk memahami filosofi dan konteks pembangunan, pendidikan, dan ekosistemnya.
Kedua, mengenal ekosistem atau Immersion. Peserta akan melakukan kunjungan lapangan dan interaksi dengan pemangku kepentingan untuk menyelami ekosistem pendidikan dan pembangunan.
Ketiga, mendesain Inisiatif. Bertujuan untuk belajar mengidentifikasi gap antara kondisi ideal dan kondisi saat ini, serta merancang usulan inisiatif untuk berkontribusi.
Keempat, implementasi Inisiatif, yang memfasilitasi peserta untuk mengimplementasikan inisiatif, melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait, dan berusaha memberikan dampak.
Dan kelima, refleksi akhir dan penutupan untuk menutup perjalanan program dan menarik pembelajaran, serta menyusun cerita dampak yang telah dilakukan.
Peserta juga akan menghadiri kegiatan ‘leadership camp’ untuk menajamkan nilai-nilai sebagai pemimpin dan pola pikir dampak yang berkelanjutan.
Setelah program selesai, peserta dapat berkontribusi dan melipatgandakan dampak untuk pembangunan Indonesia melalui organisasi atau tempat mereka bekerja. Peserra juga dapat mengembangkan inisiatif atau usaha sosial milik sendiri.
Selain itu, para Tanoto Fellows akan menjadi bagian dari Tanoto Foundation Fellows Network yang menjadi wadah belajar sepanjang hayat dan mitra kolaborasi.
Acara juga diisi dengan diskusi bertajuk ‘Arah Kebangkitan Pendidikan Indonesia’ dengan narasumber Direktur Jenderal Pendidikan Usia Dini, Dasar, dan Menengah, Kemdikbudristek, Iwan Syahril; Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia, Gusman Yahya; dan perempuan yang aktif sebagai educator, creator, dan investor, Maudy Ayunda. (Tri Wahyuni)