Suara Karya

Didukung Ratusan Industri, Program D2 ‘Fast Track’ Dibuka Tahun Depan

JAKARTA (Suara Karya): Program Diploma 2 Jalur Cepat (Fast Track) bagi lulusan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) akan dibuka tahun depan. Keistimewaan program, mahasiswa hanya belajar di kampus selama 1 semester, sisanya dihabiskan di industri, dunia usaha dan dunia kerja (IDUKA).

“Program ini disebut jalur cepat, karena kuliahnya hanya 1,5 tahun, yaitu 1 semester di kampus dan 2 semester sisanya di IDUKA,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Wikan Sakarinto dalam acara Bimbingan Teknis dan Penyelenggaraan Program D2 Jalur Cepat di Bekasi, Senin (22/11/21).

Ditambahkan, pelaksanaan Program D2 Fast Track hanya dibuka di perguruan tinggi vokasi, yaitu Politeknik. Karena regulasinya lebih fleksibel dibanding program studi vokasi yang ada di perguruan tinggi. Program tersebut dibuka di Politeknik negeri dan swasta.

Wikan kembali menegaskan, Program D2 Fast Track dibuat selain untuk memenuhi kebutuhan IDUKA akan tenaga operator, juga bagian dari implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digulirkan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Program itu memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mencari pembelajaran dari luar kampus dan diakui sebagai capain kredit.

Sebagai Program Merdeka Belajar Episode 11, bahkan Kemdikbudristek memberi bantuan pendanaan bagi perguruan tinggi yang akan membuka Program D2 Fast Track, melalui skema pendanaan Dana Kompetitif Kampus Vokasi (Competitive Fund Vokasi).

“Program D2 Jalur Cepat hanya berlangsung tiga semester atau 1,5 tahun. Total beban kredit minimum secara keseluruha 72 SKS. Lulusan SMK dapat menyetarakan sertifikasi kompetensi/keahlian yang dimiliki sejak bangku SMK sebagai kredit perkuliahan.

“Perhitungan kredit semasa SMK akan dilakukan melalui mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Itulah kenapa perkuliahan di D2 Fast Track hanya 1,5 tahun, karena menghitung RPL calon mahasiswa waktu di SMK hingga 12-20 SKS (Satuan Kredit Semester),” kata Wikan.

Sekadar informasi, RPL adalah proses pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang dicapai sebelumnya, baik melalui pendidikan formal, nonformal, informal atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan pekerjaannya maupun dilakukan secara otodidak melalui pengalaman kerjanya.

Program D2 Jalur Cepat sendiri, akan menggunakan RPL Tipe A2 di mana pembelajaran dan/atau pengalaman masa lampau yang bisa diakui dapat berasal dari pendidikan nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja.

Lewat mekanisme ini, menurut Wikan, mahasiswa dapat keuntungan karena bisa menyelesaikan perkuliahan lebih cepat satu semester dari program D2 regular.

“Mahasiswa juga dapat ‘real life experience’ lewat kegiatab magang di dunia kerja untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian yang dimiliki,” tuturnya.

Terkait tahapan penyusunan kurikulum, Wikan menjelaskan, program D2 Jalur Cepat terdiri dari penetapan Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), penetapan bahan kajian dan pembentukan mata kuliah, serta penyusunan matriks organisasi mata kuliah dan peta kurikulum.

“Kualifikasi lulusan program D2 Jalur Cepat ini berada pada level Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 4, yang mana lulusan dapat menguasai prinsip dasar pengetahuan dan keterampilan pada bidang keahlian tertentu,” ujarnya.

Kegiatan serupa juga digelar sebelumnya di Surabaya pada 12-14 November 2021 dan DI Yogyakarta pada 16-18 November 2021. Di Bekasi, kegiatan akan berlangsung pada 22-24 November 2021.

Kegiatan bimbingan teknis Program D2 Fast Track di Bekasi diikuti 33 program studi penerima bantuan pendanaan Dana Kompetitif Kampus Vokasi (Competitive Fund Vokasi) Pengembangan Program D2 Jalur Cepat bekerjasama dengan mitra SMK dan Industri.

Kegiatan bertujuan untuk memberi gambaran dan panduan penyelenggaraan program, terutama terkait desain kurikulum, RPL, kemitraan pendidikan tinggi vokasi, SMK dan industri serta penyiapan usulan pembukaan program studi.

“Tiga unsur itu, yaitu pendidikan tinggi, SMK, dan industri. Mereka duduk satu meja bersama untuk merumuskan kurikulum dan kegiatan sejak kelas 1 SMK. Muatan pembelajaran menggunakan metode project based learning. Ini beneran proyek untuk anak peningkatan kualitas anak bangsa,” ucap Wikan.

Melalui kegiatan itu, Wikan berharap terjadi sinergi antara tiga unsur penting dalam pendidikan vokasi. Sinergi itu diharapkan semakin erat agar persiapan penyelenggaraan Program D2 Jalur Cepat dapat berlangsung maksimal.

“Kerjasama tiga mitra atau ‘triple helix’ itu mutlak hukumnya bagi penyelenggaraan program D2 Jalur Cepat,” katanya.

Sementara itu, lingkup kemitraan antara pendidikan tinggi vokasi dengan SMK antara lain berupa penerimaan calon mahasiswa, serta pengembangan dan pelaksanaan skema RPL.

Pendidikan tinggi vokasi dan industri bersinergi antara lain dalam perumusan program magang, pemanfaatan instruktur maupun dosen praktisi, pemanfaatan sarana dan prasarana milik dunia kerja untuk pembelajaran, serta penyerapan lulusan sesuai kebutuhan dan persyaratan.

“Kemitraan antara SMK dan dunia industri antara lain terwujud dalam pelaksanaan RPL dan Praktek Kerja Industri,” kata Wikan.

Keistimewaan lain dari Program D2 Fast Track adalah kehadiran para praktisi ke sekolah. Praktisi yang mau mengajar di sekolah dan perguruan tinggi vokasi dapat mengajukan RPL guna mendukung profesinya sebagai tenaga pengajar.

“Pengalamannya selama di industri akan diperhitungkan lewat RPL. Jadi tidak perlu latar belakang pendidikan yang tinggi, asalkan memiliki pengalaman yang cukup lama di industri, dia bisa mengajar baik di sekolah maupun di kampus,” tuturnya.

Jika di masa lalu, program link& match hanya didukung pemerintah, industri dan kampus, kini para praktisinya. Kehadiran mereka akan memberi ‘warna’ atas lulusan, karena siswa atau mahasiswa mendapat pengajaran dari ahlinya di industri dan dunia kerja. (Tri Wahyuni)

Related posts