Diikuti 1500 Peserta, PBI Siap Gelar Kongres Virtual Berkebaya Nasional 2021

0

JAKARTA (Suara Karya): Lebih dari 1.500 peserta akan meramaikan Kongres Berkebaya Nasional (KBN) yang digelar daring pada 5-6 April 2021. Hasil kongres akan diberikan kepada pemerintah sebagai rekomendasi.

“Kami ingin pemerintah menetapkan Hari Berkebaya Nasional, seperti halnya Hari Batik Nasional. Karena, kebaya juga bagian dari kebudayaan Indonesia, yang harus dijaga keberadaannya seperti halnya batik,” kata Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Rahmi Hidayati dalam keterangan pers secara virtual, Kamis (1/4/2021).

Ditambahkan, KBN terselenggara berkat dukungan banyak pihak terutama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia & Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

“KBN 2021 mendapat dukungan dari para pihak, karena makin banyak perempuan di Indonesia mulai suka berkebaya dalam kehidupan sehari-hari, seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya Indonesia,” tuturnya.

Bahkan, lanjut Rahmi, berkebaya mulai muncul dari kalangan muda terutama di kampus sebelum terjadinya pandemi covid-19. Konsekuensi dari semua itu, kini bermunculan beragam komunitas perempuan yang mengangkat kembali kebaya sebagai busana tradisional kebanggaan Indonesia.

“Karena itu, tak heran jika peserta KBN tahun ini mencapai lebih dari 1.500 orang. Tak hanya dari Jawa, peserta juga datang dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Kami senang sekali melihat antusias para penggiat berkebaya untuk mengikuti kongres,” ujar Rahmi.

Ia berharap aspek budaya dalam KBN 2021 dapat diangkat sebagai potensi ekonomi kreatif dengan lebih baik lagi. Sehingga makin banyak perempuan Indonesia memilih berkebaya sebagai busana harian, karena modelnya yang beragam dan kekinian.

“Ini tugas para desainer agar model kebaya makin beragam, meski tetap berpegang pada pakemnya,” ucap Rahmi menandaskan.

Ketua Panitia KBN 2021, Lana Koentjoro menyebut dua alasan digelarnya KBN 2021. Pertama, untuk memperkuat gerakan pelestarian budaya, khususnya busana tradisional Indonesia. Terutama pengenalan kebaya kepada generasi muda.

“Jika berkebaya tidak dikenalkan ke generasi muda, dikhawatirkan budaya ini akan hilang. Jika orang Korea bangga dengan pakaian tradisional Hanbook-nya, kenapa masyarakat Indonesia tidak bangga dengan pakaian tradisional kebaya,” kata Lana menpertanyakan.

Target jangka panjangnya adalah kebaya mendapat pengakuan dari organisasi dunia dalam pendidikan dan kebudayaan, Unesco. Kebaya dinilai layak masuk dalam warisan tak benda asal Indonesia. Karena hanya Indonesia yang memiliki pakaian tradisional kebaya.

Alasan kedua adalah mendorong pemerintah untuk menetapkan ‘Hari Berkebaya Nasional’. Tahap berikutnya adalah merancang program peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui produksi dan pemasaran kebaya.

“Selain juga menggali dan membuka peluang ekonomi masyarakat agar ikut ambil bagian dalam promosi kebaya sebagai busana kebanggaan bangsa Indonesia,” tuturnya.

Lana menegaskan, KBN 2021 merupakan pertemuan besar karena peserta kongres berasal dari berbagai latar belakang seperti politik, sosial, profesi, akademisi dan pihak yang memiliki kepentingan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan terkait perlestarian kebaya sebagai elemen budaya Indonesia.

“Acara ini juga diisi berbagai webinar dan pagelaran seni yang semuanya mengangkat fenomena kebaya dari berbagai aspek kehidupan mulai dari budaya, sosial, ekonomi, politik dan psikologi,” tuturnya.

Desainer mode senior, Musa Widyatmodjo menambahkan, kebaya merupakan salah satu pakaian yang memiliki kekhususan berdasarkan model dan sejarah keberadaannya. Sejak ratusan tahun lalu, kebaya dipakai perempuan Indonesia.

“Saat ini mode kebaya terus berkembang dengan berbagai modifikasi yang bahkan terkadang menyimpang dari pakem kebaya,” ujarnya.

Menurut Musa, sebagai sebuah kreativitas, mode berkebaya boleh berkembang sesuai zaman. Tapi pakem atau tata caranya harusnya tidak boleh luntur. Tugas untuk terus melestarikan pakem itu yang harus berjalan seiring dengan upaya membawa kebaya pada generasi masa kini.

“Penerapan pakem dalam berkebaya itu penting pada acara-acara resmi. Apalagi jika acara tersebut dihadiri tamu-tamu asing. Pakem berkebaya ini juga harus dipahami para penggiat berkebaya, agar tak salah pakai jika diundang acara yang mencantumkan ‘dresscode’ budaya tradisional,” katanya. (Tri Wahyuni)