JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggelar Festival Budayaw untuk promosi tradisi dan warisan budaya 4 negara anggota East ASEAN Growth Area.
Dirjen Kebudayaan, Kemdikbudristek Hilmar Farif menyebut, keempat negara itu adalah Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP EAGA).
Festival Budayaw ke-4 akan berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1-5 September mendatang.
“Festival budaya yang digelar setiap dua tahunan ini sekaligus memperkuat hubungan antara negara-negara peserta,” kata Hilmar kepada wartawan, di Jakarta, Senin (28/8/23).
Hilmar menjelaskan, istilah budayaw merupakan gabungan dari 2 kata, yaitu budaya dalam bahasa Indonesia dan Melayu, serta “dayaw’ dalam bahasa Filipina yang berarti keindahan yang baik.
Festival Budayaw pertama kali digelar di Filipina pada 2017, kemudian di Malaysia pada 2019, dan terakhir di Brunei Darussalam pada 2021 secara daring.
Melalui tema ‘Keragaman Budaya untuk Kehidupan yang Berkelanjutan’, lanjut Hilmar, festival menjadi sarana untuk menjaga budaya yang berkelanjutan dan cagar budaya sebagai ilmu pengetahuan.
“Festival ini diharapkan menjadi salah satu forum yang memperkuat seni budaya melalui pelestarian alam. Hal itu akan berdampak ekonomi bagi pelaku dan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Dengan mengedepankan kebudayaan untuk hidup berkelanjutan, Hilmar berharap, manusia memiliki kesadaran dalam kurun lama untuk merawat bumi.
“Karena mau tidak mau, tindakan kita sekecil apapun akan berdampak pada lingkungan. Lewat festival, kami ingin menjaga kelangsungan warisan budaya serta memperbaiki situasi dunia dengan cara berkebudayaan,” ujarnya.
Keterlibatan Indonesia dalam Festival Budayaw sebagai ketua pada klaster sosial budaya dan pendidikan. Kemdikbudristek berperan meningkatkan konektivitas antarmasyarakat dan pertukaran budaya antarnegara anggota BIMP-EAGA.
Kerja sama BIMP-EAGA dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-1 di Davao City, Filipina, pada 26 Maret 1994. Kerja sama itu bentuk kerja sama subkawasan guna mempercepat pembangunan sosial ekonomi di daerah kurang berkembang dan secara geografis terpencil di antara negara anggota, yang mencakup seluruh wilayah Brunei Darussalam, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Sabah, Serawak, Labuan, Mindanao dan Palawan.
Pada Festival Budayaw ke-4 ini, negara anggota BIMP-EAGA akan menampilkan serangkaian acara, mulai dari lokakarya, pameran, pertunjukan seni, dialog, dan kunjungan budaya. Masing-masing negara mengirim maksimal 20 orang peserta yang terdiri dari penari, pemusik, peserta pameran, serta narasumber lokakarya.
Untuk pameran sendiri akan berlangsung pada 2-4 September 2023 di koridor depan Museum La Galigo hingga di depan kantor BPK XIX, serta Benteng Rotterdam, Makassar.
Dalam pameran, setiap negara peserta akan memamerkan produk budaya unggulan yang terkait dengan warisan maritim dan Jalur Rempah.
Sementara itu, lokakarya tentang pewarnaan alami juga digelar pada 2 September 2023 dan lokakarya kuliner digelar pada 3 September 2023. Lokakarya akan diisi narasumber ahli di bidang pewarnaan alami dan kuliner.
Digelar pula seminar dan dialog dengan tema ‘Jalur Maritim dan Rempah dalam Konektivitas Budaya di Kawasan Asia Tenggara dan Dunia: Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan’. Seminar yang membahas konektivitas budaya itu diadakan pada 4 September 2023.
Seminar dan dialog akan dilaksanakan secara hibrida dengan mengundang peserta dari komunitas, akademisi, dan masyarakat umum yang memiliki ketertarikan dalam bidang ini.
Pada 2-3 September 2023, akan ada pertunjukan seni yang menampilkan kekayaan budaya masing-masing negara. Pada akhir festival, yaitu 4 September 2023, ditampilkan pertunjukan kolaborasi dari seluruh negara yang terlibat.
Sebagai penutup rangkaian festival, peserta akan diajak berkunjung ke Leang-Leang, sebuah Taman Arkeologi di Maros, Sulawesi Selatan. (Tri Wahyuni)