Suara Karya

Diikuti 694 Guru, Kemdikbud Kembali Gelar Pemilihan GTK Berprestasi

?

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi 2019. Kompetisi itu diikuti 694 guru dari berbagai wilayah di Tanah Air, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

“Lewat pemilihan ini, kami berharap ada banyak praktik terbaik (best practices) dalam pembelajaran yang bisa diterapkan para guru secara nasional,” kata Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud Supriano kepada wartawan, di Jakarta, Senin (12/8/2019).

Acara pemilihan akan berlangsung di Jakarta pada 13-16 Agustus 2019.

Supriano menjelaskan, pemilihan guru dan tenaga kependidikan menjadi penting karena masih diperlukan keteladanan GTK bagi murid dan lingkungan. Hal itu sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa, yang saat ini tengah digalakkan pemerintah.

“Ini merupakan langkah kongkret Kemdikbud dalam meraih visi pemerintah dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Guru berprestasi dan berdedikasi tinggi akan menjadi teladan dalam ekosistem pendidikan,” ucapnya.

Ditambahkan, proses seleksi pemilihan GTK telah dilakukan sejak awal 2019 lalu. Seleksinya dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional. Pemerintah daerah yang melakukan seleksi atas GTK berprestasi yang dikirim ke tingkat nasional.

“Pesertanya terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga kependidikan,” ucapnya.

Kompetisi GTK Berprestasi dan Berdedikasi merupakan kegiatan tahunan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud. Pada tahun ini mata lomba diujikan menjadi 28 kategori. Kategori itu memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.

“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusif lain,” kata Supriano.

Pada setiap jenjang, lanjut Supriano, pemenang dipilih 3 orang yaitu juara 1 dengan hadiah uang tunai Rp20 juta, juara 2 sebesar Rp15 juta dan juara 3 sebesar Rp10 juta. Para finalis yang tidak menjadi juara diberikan apresiasi berupa uang tunasi sebesar Rp3 juta per orang.

Supriano menjelaskan, penilaian GTK tak hanya fokus pada kompetensi teknis dan akademis, tetapi juga bidang lainnya. Yaitu, kemampuan dalam bidang sosial, profesionalitas dan wawasan kependidikannya.

“Uji kemampuan itu tak hanya dilakukan monoton melalui tes tertulis, tetapi berupa kegiatan para guru dan tenaga kependidikan melalui video aktivitasnya selama mengajar di sekolah yang sebelumnya diunggah secara daring (online). Selain itu, ada ada aktivitas permainan dan tugas kelompok,” tuturnya.

Hal itu, menurut Supriano penting karena para guru di lapangan tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan hafalan. Tapi juga harus mampu memicu diskusi dan melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan cara-cara yang kritis sekaligus menyenangkan.

“Dari aktivitas yang beragam, akan kelihatan kemampuan para guru bekerja sama, berkomunikasi, pemecahan masalah dan literasi digital. Termasuk kedalaman pemahamannya terkait kebijakan pendidikan, perundang-undangan dalam bidang pendidikan, hingga rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air,” katanya.

Untuk guru di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), lanjut Supriano, pemerintah membuat kategori khusus. Dalam kategori itu, yang dinilai tak sekadar prestasi, tetapi dedikasinya saat mengabdi di wilayah 3T. Penilaiannya pun berbeda.

“Para guru 3 T hanya perlu mengumpulkan dokumen dedikasi dan profil pengabdian. Penilaian akan dilakukan lewat presentasi para guru dalam menjabarkan pengalaman kerjanya selama mengajar di wilayah 3 T,” katanya. (Tri Wahyuni)

Related posts