Suara Karya

Diingatkan, Diet Tinggi Lemak Rawan Terkena Penyakit Batu Empedu

JAKARTA (Suara Karya): Diet tinggi lemak yang sedang trend di masyarakat dalam beberapa tahun terakhir ini tak baik untuk kesehatan. Konsumsi lemak jenuh dan makanan berkalori tinggi secara berlebihan berpotensi timbulnya penyakit batu empedu.

“Penyakit batu empedu tidak akan dirasakan dalam 1-3 tahun, tetapi puluhan tahun kemudian. Karena itu, diet tinggi lemak tidak dianjurkan untuk kesehatan jangka panjang,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Siloam Hospitals Kebon Jeruk (Bonjer), Hardianto Setiawan secara virtual, Sabtu (23/10/21).

Pernyataan itu disampaikan dalam acara pembukaan Siloam Digestive Center atau Layanan Terpadu untuk Gangguan Sistem Pencernaan di rumah sakit tersebut.

Dr Hardianto yang juga konsultan gastroenterologi hepatologi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk itu menjelaskan, menjaga kesehatan sistem pencernaan menjadi penting, karena organ tersebut merupakan pendukung kehidupan manusia.

Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Sehingga gangguan pencernaan bisa terjadi pada banyak organ. “Apalagi jika kita menjalani pola makan yang salah atau gaya hidup yang tak sehat. Akan muncul tanda dan gejala penyakit tertentu,” ujarnya.

Pada skala ringan, lanjut dr Hardianto, gangguan pencernaan dapat muncul dan hilang dengan sendirinya atau setelah mengonsumsi obat. Namun, pada tingkat yang lebih tinggi, gangguan pencernaan harus diwaspadai karena dapat menyebabkan masalah lebih serius pada sistem pencernaan.

Disebutkan, dua gangguan pencernaan yang paling umum ditemui adalah penyakit batu empedu dan kanker usus besar. “Penyakit batu empedu merupakan gangguan pencernaan yang kerap ditemukan, namun sering tidak disadari,” tuturnya.

Penyakit batu empedu atau cholelithiasis adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami sakit perut mendadak, akibat adanya batu di dalam kantong empedunya. Kantong empedu merupakan organ dalam di sisi kanan perut tepat berada di bawah hati.

“Kantong tersebut memiliki fungsi untuk menyimpan cairan empedu yang nantinya akan dilepas ke usus kecil dan membantu proses pencernaan,” katanya.

Umumnya, batu empedu terbentuk akibat endapan kolesterol tinggi disertai bilirubin yang menumpuk dalam kantong empedu. Beberapa faktor seperti pola makan tidak sehat, diet tinggi kolesterol, genetik, usia, dan kondisi medis tertentu dapat memicu terjadinya penyakit ini.

“Penyakit ini dapat dijumpai pada pria dan wanita, tetapi umumnya lebih banyak dialami wanita pada usia diatas 40 tahun. Penyakit batu empedu harus ditangani segera agar tidak menimbulkan komplikasi serius,” ujarnya.

Dalam kasus yang parah, menurut sr Hardianto, batu empedu dapat mengancam jiwa karena menyebabkan pankreatitis atau kanker kantong empedu. Untuk itu, pentingnya dilakukan pengobatan saat menemukan gejalanya.

“Berkat teknologi kedokteran yang makin canggih, penyakit batu empedu dapat diatasi dengan cepat dan mudah, lewat operasi minimal invasif atau minim sayatan. Pasien sudah bisa pulang dalam 1-2 hari,” kata dr Hardianto menandaskan.

Masalah saluran pencernaan lainnya yang kerap ditemukan adalah kanker
usus besar. Penyakit tersebut ditandai lewat tumbuhnya benjolan yang tidak terkendali dalam usus besar.

Seperti dikemukakan dokter spesialis bedah digestif Siloam Hospitals Kebon Jeruk Wifanto Saditya Jeo, kanker usus besar sering tidak menimbulkan gejala di awal. Karena itu, kesadaran akan bahaya kanker usus besar perlu diketahui sejak dini agar ditangani dengan cepat dan tepat.

“Kanker ini berisiko terjadi pada segala usia, baik kelompok muda maupun tua, serta pada jenis kelamin pria atau wanita. Pada kelompok usia muda, biasanya disertai gejala yang lebih buruk,” ucap dr Wifanto.

Gejala awal kemunculan kanker usus besar ditandai lewar benjolan kecil jinak berupa polip, yang dalam perkembangannya dapat bertransformasi menjadi ganas. Gejala lain adalah gangguan buang air besar (BAB) yang mengeluarkan darah, sembelit, atau diare tanpa sebab yang jelas.

“Penderita juga sering mengalami sakit pada perut, mudah lelah, dan menurunnya berat badan,” katanya.

Untuk itu, dr Wifanto mengingatkan, pentingnya memiliki pola hidup sehat agar kesehatan pencernaan tetap terjaga. Yaitu, konsumsi makanan bernutrisi atau berserat, kurangi makan daging merah atau olahan, rajin berolahraga, tidak merokok, hindari minuman beralkohol, serta lakukan skrining secara rutin.

“Jika mengalami keluhan terkait saluran cerna, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat,” kata dr Wifanto menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts