Diingatkan, Kasus Pelik di NICU Butuh Keterlibatan Orangtua!

0

JAKARTA (Suara Karya): Penanganan kasus di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) yang kompleks kini memerlukan keterlibatan orangtua, selain tim medis. Orangtua dapat membantu bayinya dalam ‘berjuang’ untuk kehidupan.

“Banyak hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu bayinya saat berjuang di NICU,” kata Kepala NICU dan Koordinator Klinik Laktasi, Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Dr dr Naomi Esthernita F Dewanto SpA(K), Jumat (19/3/2021).

Naomi menyebut, tindakan orangtua itu bisa berupa pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan terbaik bagi bayi, melakukan kontak fisik atau ‘koala hug’ untuk memberi kenyamanan pada bayi.

Dorongan agar orangtua ikut berjuang dalam kasus yang dialami bayi di NICU menjadi tema sorotan pada peringatan ulang tahun NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk ke-11, Jumat (19/3/2021). Bayi yang berhasil melalui masa krisisnya di NICU tersebut mendapat sebutan ‘Born Fighter’.

“Para born fighter itu dapat tumbuh sehat dan cerdas. Bahkan ada beberapa yang tampil menari dalam acara ini,” ucap Naomi dalam acara yang digelar daring.

Dijelaskan, NICU merupakan unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir dengan kebutuhan khusus seperti bayi prematur, bayi berat lahir rendah, bayi yang memiliki kelainan bawaan serta bayi dengan gangguan pernapasan dan lain-lain.

“Sejak fasilitas NICU dibangun di SHKJ pada 2010 lalu, tercatat ada sekitar 1.900 pasien, baik dari dalam maupun luar Jakarta,” tuturnya.

Naomi menyebut beragam kasus yang pernah ditangani NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk, antara lain bayi dengan gangguan pernapasan, kelainan jantung, dan kelainan bawaan lainnya seperti lahir tanpa anus.

Selain itu, tim yang terlibat dalam perawatan NICU juga pernah menangani kasus kompleks yakni kondisi bayi prematur BBLSR (Berat Badan Lahir Sangat Rendah) yang disertai kelainan yaitu penyakit membran hialin, kelainan jantung bawaan, infeksi berat, usus terpuntir, penyakit paru kronis dan hernia.

“Kondisi seperti ini tentunya perlu mendapat penanganan intensif, komprehensif dan solid di NICU untuk hasil yang optimal,” ucap Naomi menegaskan.

Tim NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk secara khusus mengajak para orangtua yang memiliki kehamilan berisiko seperti kehamilan dengan kelainan bawaan pada janin, pertumbuhan janin terhambat, ibu dengan hipertensi, dan sejenisnya untuk tidak menyerah dan berjuang bersama.

Sementara itu, dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr Stephen V Mandang, SpOG mengingatkan pentingnya pemeriksaan rutin selama kehamilan (antenatal care) di fasilitas kesehatan terpadu.

“Pemeriksaan rutin selama kehamilan untuk memantau kesehatan ibu dan janin. Jika ditemukan kelainan pada janin, bisa memesan layanan NICU setelah bayi dilahirkan,” ujar Stephen.

Selain memantau kehamilan dan persalinan, orang tua juga didorong untuk memperhatikan tumbuh kembang bayi, terutama bayi dengan risiko tinggi seperti lahir prematur, perawatan pasca-NICU, kondisi down syndrome dan sejenisnya.

“Pemantauan berkala dan menyeluruh itu berguna untuk deteksi dini jika ada masalah pada janin,” katanya.

Stephen mencontohkan kasus Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) atau komplikasi kehamilan pada janin kembar identik. Pada TTTS, terjadi ketidakseimbangan aliran darah di antara janin yang berbagi satu plasenta. Kondisi itu, jika tidak dilakukan intervensi akan menimbulkan kematian.

“Adanya hambatan di placenta membuat satu janin menjadi besar, dan janin lainnya mengecil akibat kekurangan asupan. Lewat intervensi, dokter membuat ‘jalan’ agar kedua janin mendapat asupan yang sama dari placenta,” kata Stephen menandaskan. (Tri Wahyuni)