
JAKARTA (Suara Karya): Mentari Group akan menggelar seri perlombaan bertajuk ‘Pelajar Berkreasi’ sepanjang Maret hingga Oktober 2021. Perhelatan tersebut mengajak anak berkompetisi sejak dini pada 4 kemampuan, yaitu literasi, numerasi, karakter dan kreativitas
“Seri perlombaan ini terbuka bagi seluruh pelajar di Indonesia. Kami harap banyak sekolah bisa mengirimkan wakilnya untuk ikut kompetisi ini,” kata Direktur Program Pelajar Berkreasi, Natalina Rimba dalam diskusi bertema ‘Membangun Kompetensi dan Karakter Anak Sejak Dini’ secara daring, Sabtu (17/4/2021).
Natalina menjelaskan, ‘Pelajar Berkreasi’ adalah kompetisi yang dirancang sesuai kebutuhan pelajar saat ini, guna menjawab tantangan asesmen kompetensi minimum yang fokus pada literasi, bumerasi dan karakter.
“Pelajar Berkreasi mendukung pelajar mengasah kemampuan nonteknis abad ke-21 yang disebut 4C yaitu berpikir kritis, berkreasi, berkolaborasi dan berkomunikasi. Dan yang tak kalah penting, bernalar tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS),” ujarnya.
Ditambahkan, Pelajar Berkreasi didukung tenaga ahli yang mumpuni di bidangnya. Salah satu keberhasilan Mentari Group adalah kompetisi bidang matematika dan bahasa Inggris bernama ‘Mentari Mathematics Olympiad’ atau MEMO.
Tim perancang, lanjut Natalina, soal juga memastikan pertanyaan yang disajikan bersifat kontekstual dan tidak membuat pelajar sekadar mengandalkan rumus. “Pelajar harus mampu memahami permasalahan pada soal dan mencari solusi atas permasalahan tersebut,” ucapnya.
Ia menganalogikan hal itu sebagai lomba koki cilik. Pelajar dilatih untuk mampu memahami resep dan mengaplikasikannya. Mereka juga harus mampu mempresentasikan kepada juri mengenai cara memasak dan masakan yang dibuat.
“Lomba itu untuk melatih kemampuan 4C pelajar, namun mereka tetap rileks dan senang dalam menjalaninya,” kata Natalina dalam acara yang dihadiri 400 peserta yang sebagian besar adalah pimpinan sekolah, guru dan orang tua.
Natalina mengungkapkan, kompetisi Pelajar Berkreasi dibuatnya lantaran keprihatinannya atas kondisi pelajar di masa pandemi corona virus disease (covid-19). Karena pandemi yang berlangsung lebih dari 1 tahun telah meluluhlantakan sektor pendidikan. Anak harus menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah.
“Di saat kita sedang berjuang meningkatkan kompetensi pelajar, pandemi telah menghancurkannya. Pada PISA 2018, posisi pelajar Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain, yakni urutan ke-72 dari 79 negara,” ujarnya.
Kondisi pandemi, lanjut Natalina, juga menimbulkan tantangan baru. Pelajar rentan kecanduan gawai. Bahkan, laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menunjukkan, learning loss sudah benar-benar terjadi di Indonesia.
Padahal, survei BPS menunjukkan populasi terbesar di Indonesia pada 2020 adalah Gen Z yang merupakan para pelajar. Artinya, mereka itu memiliki peran besar untuk kemajuan Indonesia.
Sementara itu, penulis ternama dan founder Kamar Kata-Kata, Reda Gaudiamo selaku narasumber dalam acara tersebut menyatakan, pentingnya peran orangtua dan sekolah dalam mengembangkan kompetisi dan karakter pada anak sejak usia dini.
“Lebih mudah membangun anak menjadi kuat daripada memperbaiki mereka setelah dewasa. Maka, lakukanlah sekarang,” katanya.
Reda memaparkan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan orang tua dan sekolah dalam meningkatkan kompetensi dan karakter anak.
“Orangtua dan sekolah harus menyalurkan minat anak dengan berbagai kegiatan dan membuka jalan mereka untuk mencoba hal-hal baru yang bermanfaat,” ucap Reda menandaskan. (Tri Wahyuni)