Suara Karya

Dirjen Diksi Gelar Tur Kampus Vokasi, Pastikan Link & Match Diterapkan

(Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Wikan Sakarinto menggelar tur kampus vokasi, guna memastikan program link & match (kesesuaian dan keselarasan) diterapkan secara benar.

Didampingi Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Ditjen Diksi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Beny Bandanadjaja, Wikan berkunjung ke Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dan Program Vokasi Universitas Indonesia.

Hal pertama yang ditanyakan Wikan saat bertemu pimpinan perguruan tinggi vokasi adalah buku yang berisi daftar program studi (prodi) dan kurikulum penyertanya.

“Kurikulum dan daftar prodi menjadi penting, karena lewat dua hal itu kita bisa lihat apakah program link and match sudah masuk tahap “pernikahan” atau baru sekadar kencan. Jika telah menikah, maka kurikulum tak hanya disusun bersama, tetapi juga disetujui pihak industri,” tuturnya.

Wikan menambahkan, konsep link and match dengan model ‘pernikahan’ semacam itulah yang akan digalakkannya. Karena hal itu diyakini dapat meningkatkan kualitas lulusan pendidikan vokasi yang menekankan pada kompetensi keterampilan.

Hal lainnya yang harus diterapkan adalah kurikulum yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan industri, yaitu hardskills dan softskills yang seimbang. Dengan demikian, tidak boleh hanya satu sisi yang dikuatkan.

“Jika sudah terjadi ‘pernikahan’, maka industri biasanya menyiapkan tenaga ahlinya sebagai dosen tamu di kampus. Sehingga terjadi transfer pengetahuan dari pihak industri ke mahasiswa,” ucapnya.

Dan yang tak kalah penting, lanjut Wikan, perancangan program magang sejak awal penyusunan kurikulum. “Karena tanpa kurikulum yang disetujui industri, tidak bisa mahasiswa tiba-tiba datang ke industri agar bisa diterima untuk magang. Harus diperjelas dahulu, keterampilan seperti apa yang harus dikuasai mahasiswa selepas magang,” katanya.

Selain itu, lanjut Wikan, industri harus berkomitmen kuat untuk menyerap lulusan kampus vokasi yang ada di seluruh Indonesia. Industri memang tidak wajib menerima jika lulusan tidak kompeten.

“Paling tidak mereka, dibutuhkan komitmen kuat untuk menyerap lulusan setelah kurikulum dan magang sudah dirancang bersama sesuai kebutuhan di dunia riil,” katanya.

Wikan mengaku terkejut karena hampir seluruh prodi di Polimedia, PNJ dan Program Vokasi UI telah menerapkan 4 paket minimal link and match. “Saya ingin semua kampus vokasi bisa seperti mereka. Pantas saja, daya serap lulusan dari ketiga kampus ini sudah diatas 80 persen,” ujarnya.

Wikan menilai, keberhasilan dari tiga kampus vokasi itu sangat dipengaruhi besarnya potensi industri di Jakarta. Kepastian itu akan terus diperjuangkan Wikan, agar terjadi di seluruh kampus vokasi di Indonesia.

“PNJ bahkan sudah lama menerapkan dual system yang mirip di Jerman, yaitu pembelajaran dan perkuliahan diadakan di dalam kawasan industri Holcim. Jadi, mahasiswa bisa kuliah sambil bekerja di industri. Mereka juga mendapat honor yang baik setiap bulannya,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Politeknik Negeri Jakarta menandatangani nota kesepakatan dengan PT Formosa Teknologi Central. Paket kerjasama meliputi kuliah umum industri, magang bagi mahasiswa, rekruitmen lulusan, penyusunan kurikulum berbasis industri, pemberdayaan sumber daya manusia, dan penyediaan fasilitas sarana prasarana pembelajaran, serta lainnya.

Penandatanganan MoU dilakukan Direktur PNJ Zaenal Nur Arifin dengan Direktur Utama PT Formosa Teknologi Central, Mr Kao Ying Chang.

Wikan juga memberi tantangan kepada Polimedia untuk mengubah seluruh prodi jenjang D-3 menjadi D-4 atau sarjana terapan pada 2021. Selain membuka prodi Magister (S-2) Terapan pada 2022. (Tri Wahyuni)

Related posts