
JAKARTA (Suara Karya): Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Iwan Syahril mengajak guru untuk menerapkan pembelajaran terpusat pada siswa. Upaya itu, diharapkan meningkatkan kualitas lulusan di Indonesia.
“Guru yang cinta akan profesinya, nanti akan kami jadikan mentor bagi guru lain. Kolaborasi itu akan membuat kualitas sekolah kita lebih bagus. Inilah filosofi dari program guru penggerak,” kata Iwan Syahril saat menutup acara bertajuk “Apresiasi Guru dan Kepala Sekolah Dedikatif, Inovatif dan Inspiratif untuk Pendidikan Menengah (Dikmen) dan Pendidikan Khusus (Diksus) Tahun 2020”, di Jakarta, Senin (23/11/20) malam.
Iwan menyebut banyak hal yang harus dibenahi dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Terutama pada kualitas guru dalam pembelajaran. Teknologi akan digunakan untuk meringankan kerja guru. Sehingga mereka bisa fokus lakukan pembelajaran terhadap siswa.
“Guru waktunya tidak boleh dihabiskan untuk urusan administrasi. Kemdikbud, misalkan, sudah menetapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hanya dibuat satu lembar saja. Tidak perlu berlembar-lembar. Sehingga guru punya banyak waktu untuk membantu siswa dalam pembelajaran,” ujarnya.
Ditambahkan, jika pemangku kepentingan dalam pendidikan bisa berperan sebagai guru penggerak, maka dunia pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih baik. Termasuk manajemen di sekolah, kepala sekolah, pengawas hingga kepala dinas sebaiknya memiliki pengalaman sebagai guru penggerak.
“Guru itu harus jadi teladan. Guru harus jadi pembangun semangat. Dalam situasi apapun kita jadi pembangkit semangat, bukan pelemah semangat,” ucap Iwan menegaskan.
Iwan mengingatkan, pandemi corona virus disease (covid-19) jangan dijadikan sebagai halangan. Lakukan upaya terbaik bagi siswa, maka semua itu akan berbuah manis bagi siswa di masa depan. “Jadikan profesi guru sebagai profesi yang membanggakan sekaligus sumber inspirasi bagi anak,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dikmen dan Diksus, Kemdikbud, Yaswardi menjelaskan, kegiatan tersebut dilakukan untuk berbagi praktik baik selama pandemi covid-19. Apresiasi diberikan kepada guru dan kepala sekolah yang telah berdedikasi mengorbankan tenaga, pikiran dan waktu untuk peserta didik.
“Kegiatan apresiasi guru merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Guru Nasional (HGN) pada 25 November untuk menguatkan nilai-nilai kepemimpinan para tenaga pendidik,” katanya.
Ditambahkan, pemberian apresiasi untuk guru dan kepala sekolah telah melalui serangkaian proses. Dimulai dari penyusunan pedoman, sosialisasi program apresiasi, seleksi berkas administrasi, seleksi naskah, seleksi presentasi, penetapan penerima apresiasi dan pemberian apresiasi.
“Antusiasme guru dan kepala sekolah ikuy acara ini sangat besar. Ada 781 guru dan kepala sekolah dari 34 provinsi ikut seleksi hingga terpilih 70 terbaik. Jumlah itu terbagi dalam 14 kategori apresiasi,” ujarnya.
Delapan kategori diberikan kepada guru dan kepala sekolah untuk tingkat SMA, SMK, SLB dan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI). Enam kategori diberikan kepada guru dan kepala sekolah untuk tingkat SMA, SMK, dan pendidikan khusus (SLB dan SPPI).
Salah satu peraih apresiasi guru SMAN 1 dari Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Adiatman mengungkapkan rasa terkejutnya ketika mendapatkan penghargaan ini. Ia tidak menyangka ide membuat laboratorium alam dengan memanfaatkan lahan di sekitar sekolah bermanfaat bagi peserta didik dan diapresiasi Kemendikbud.
Adiatman memanfaatkan hutan sekolah yang terbengkalai dipenuhi sampah untuk kemudian disulap menjadi laboratorium alam. “Saya ingin wujudkan hutan sekolah sebagai pusat penelitian di wilayah perbatasan yang tak hanya berguna bagi sekolah saya tetapi juga siswa lain disekitarnya, kata Adiatman yang mengaku senang bisa datang ke Jakarta.
Ditegaskan, upaya itu dilakukan karena meski tinggal di perbatasan, tetapi mimpi siswa tidak boleh terbatas. (Tri Wahyuni)