Suara Karya

Disayangkan, Aplikasi Rumah Belajar Belum Dimanfaatkan Guru dan Siswa

JAKARTA (Suara Karya): Sekjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Didik Suhardi menyayangkan, aplikasi Rumah Belajar belum dimanfaatkan para guru dan siswa. Padahal, aplikasi itu berisi puluhan ribu konten menarik yang bisa digunakan sebagai bahan ajar.

“Penggunaan Rumah Belajar ini gratis. Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan oleh guru dan siswa,” kata Didik Suhardi saat membuka Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Anugerah Kihajar 2019, di Jakarta, Selasa (16/7/2019) malam.

Dijelaskan, aplikasi Rumah Belajar dibuat oleh Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemdikbud. Pembuatan aplikasi tersebut untuk membantu para guru dan siswa dalam menyiapkan bahan ajar dengan menggunakan teknologi.

“Dari laporan, jumlah pengunjung Rumah Belajar sekitar 24,6 juta orang. Dan jumlah subscribernya masih dibawah 1 juta orang. Angka ini terbilang kecil jika melihat jumlah siswa di Indonesia lebih dari 50 juta orang. Saya harap, promosi Rumah Belajar ditingkatkan lagi,” ujarnya.

Didik berharap aplikasi Rumah Belajar bisa menjadi bagian dari pendidikan di Indonesia. Guru maupun siswa dapat memanfaatkan Rumah Belajar secara optimal. “Anak-anak kita butuh media pembelajaran di sekolah, dan Rumah Belajar menyediakan konten itu. Guru harusnya melihat kesempatan itu,” katanya.

Menurut Didik, guru masa kini harusnya sudah lebih akrab dengan teknologi informasi (TI). Karena internet bisa menjadi sumber belajar bagi guru dan siswa. “Berkat TI, guru tak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru harus bisa menjadi fasilitator dalam pencarian sumber belajar,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Pustekkom Kemdikbud, Gogot Suharwoto mengatakan, pihaknya akan terus mengembangkan promosi guna memasyarakatkan Rumah Belajar. Selain memilih Duta Rumah Belajar di setiap provinsi, pihaknya juga akan memilih tokoh untuk brand ambassador Rumah Belajar.

“Kami masih pilih-pilih tokoh yang layak menjadi brand Ambassador untuk Rumah Belajar,” ujarnya.

Gogot menambahkan, Rumah Belajar sebenarnya bukan hal baru di kalangan siswa. Hal itu terlihat dari pengunjung maupun apresiasi siswa atas lomba-lomba yang digelar Pustekkom. Hanya belum semua daerah mengakses Rumah Belajar.

“Rumah Belajar masih diakses oleh daerah-daerah tertentu, belum seluruh Indonesia. Kami akan tingkatkan promosi untuk daerah yang minim kunjungan,” katanya.

Tentang acara Anugerah Kihajar, Gogot menjelaskan, kegiatan yang akan dilakukan berupa terdiri dari Penghargaan Anugerah peduli TIK, lomba coding edusiber, lomba Aplikasi mobile edukasi, lomba pengembangan audio feature dan iklan layanan masyarakat, festival video edukasi, eeminar, pameran TIK untuk pendidikan dan kuis Kihajar.

“Kuis Kihajar digelar di 34 provinsi. Ada 13 provinsi yang akan dijadikan sebagai mata acara di TV Edukasi. Kuis Kihajar juga dilakukan di sekolah Indonesia di luar negeri, yakni Malaysia, Arab Saudi, Singapura, Thailand, Filipina, Mesir, Jepang, Belanda, Myanmar, dan Rusia,” tuturnya. (Tri Wahyuni)

Related posts