
JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, Kanada.
“Kerja sama itu untuk mendukung Program Kampus Merdeka dan percepatan 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) di perguruan tinggi,” kata Dirjen Dikti, Nizam usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan University of Waterloo secara virtual, Selasa (23/3/2021).
Perguruan tinggi, lanjut Nizam, nantinya dapat berkolaborasi dengan University of Waterloo untuk penerapan Program Kampus Merdeka dan capaian 8 IKU perguruan tinggi.
Indonesia memiliki 4.613 kampus dengan total 8,8 juta mahasiswa, 291.970 dosen dan 36.189 program studi. Tren saat ini menunjukkan peningkatan standar perguruan tinggi. Caranya, kerja sama pelatihan dan penelitian, sejalan dengan tuntutan dunia industri di era digital.
“Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dibuat agar kampus bisa lebih beradaptasi dengan segala bentuk perubahan itu,” ucapnya.
Disebutkan 3 fokus perubahan yang diharapkan dalam Program MBKM, yaitu meningkatkan mobilitas mahasiswa dan pilihan belajar, mendorong program studi yang progresif dan fleksibel dan mempromosikan peningkatan kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan tinggi.
Adapun lingkup kerja sama meliputi pertukaran kunjungan, pengembangan kurikulum bersama, pengakuan atas transfer kredit, akses ke ‘blended learning’ atau ‘Massive Open Online Course’, penelitian bersama dan kolaborasi internasional, pengembangan ilmu ‘big data’ dan proyek bersama pada ‘Artificial Intelligence’ (AI ).
Wakil Presiden Asosiasi Internasional, Universitas Waterloo, Ian Rowlands menjelaskan, Universitas Waterloo tertarik dengan kerja sama yang ditawarkan Ditjen Dikti Kemdikbud karena memiliki visi luar biasa untuk dunia yang lebih baik.
“Komitmen kami adalah mendorong mahasiswa berprestasi agar siap dalam menghadapi dunia modern, melakukan penelitian demi kebaikan global dan memelihara komunitas yang peduli,” ujarnya.
Rowlands meyakini, kerja sama antara Indonesia dan University of Waterloo dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi komitmen yang ingin dibangun.
Kolaborasi Ditjen Dikti dengan University Wateeloo sebenarnya telah dirintis sejak 2005 lalu melalui proyek READI. Kolaborasi utama tentang Pendidikan Belajar-Bekerja Terpadu (co-operative education), pengembangan kurikulum, ‘e-learning’ dan peningkatan industri dan universitas.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Dikti Paristiyanti Nurwadani dalam kesempatan yang sama mengatakan, program pertama dengan University of Waterloo adalah program micro credential dan pertukaran mahasiswa. Program itu terbuka bagi dosen dan mahasiswa yang mendapat Letter of Acceptance (LoA) dari University of Waterloo. (Tri Wahyuni)