JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) siapkan ‘Biro Jodoh’ guna mendorong kampus bersinergi dengan dunia usaha dunia industri (DUDI).
“Jika inovasi kampus cocok dengan kebutuhan DUDI, yang berlanjut dalam bentuk kerja sama, maka pemerintah siap memberi insentif untuk modal bagi kampus merealisasikannya,” kata Dirjen Dikti Nizam dalam kuliah umum terkait implementasi Kampus Merdeka di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Rabu (10/3/2021).
Dijelaskan, Kemdikbud telah membuat beragam program pada Kampus Merdeka yang mendorong mahasiswa mengeksplorasi kemampuannya. Kampus juga diberikan kemudahan untuk menjawab tantangan global serta tanggung jawab akan peran terhadap masyarakat sesuai dengan tridarma perguruan tinggi.
“Kalau dulu dosen mengajar mahasiswa dalam satu ruangan, di Kampus Merdeka kami mendorong mahasiswa mengasah potensi di program studi lain yang setara dengan 20 SKS,” tuturnya.
Nizam menegaskan, kampus menjadi mesin terpenting dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa. Karena itu, kampus didorong membangun sinergi dengan DUDI, pemerintah setempat, masyarakat, perbankan serta inkubasi bisnis.
“Bahkan kami menyiapkan “biro jodoh” yang mendorong sinergi kampus dengan DUDI. Biro jodoh itu bernama Kedaireka,” ucapnya.
Nizam berpesan, implementasi Kampus Merdeka harus dimulai dengan cara membangun atmosfer kampus yang sehat, aman dan nyaman. Kampus yang sehat adalah ekosistem penting untuk melahirkan insan yang merdeka, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kritis dengan daya nalar tinggi, juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Selain itu, kampus juga harus bebas dari intoleransi, perundungan, kekerasan seksual, narkoba, minuman keras, sehingga tercipta lingkungan kampus yang sehat spiritual, fisik dan emosional.
“Kesehatan intelektual lingkungan kampus akan melahirkan intelektual muda yang terbiasa berbeda pendapat, terbiasa berdiskusi dan berargumentasi dalam suasana kekeluargaan,” ujarnya.
Ditambahkan, hubungan mahasiswa dengan dosen dan rektor harus seperti hubungan kakak dan adik, orang tua dan anak yang saling asah asih asuh untuk membangun sumber daya manusia yang produktif dan kreatif. (Tri Wahyuni)