JAKARTA (Suara Karya): Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari 2024 dengan menggunakan tahun dasar baru (SBH 2022), Jakarta mencatatkan deflasi sebesar 0,19% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,50% (mtm).
Terjadinya deflasi terutama bersumber dari kelompok transportasi serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Di sisi lain, beberapa kelompok seperti penyedia makanan dan minuman/restoran serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi dan menjadi penahan deflasi lebih lanjut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengungkapkan, secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,83% (yoy), menurun dibandingkan Desember 2023 (2,28%, yoy) serta lebih rendah dari inflasi Nasional (2,57%, yoy).
Menurut Arlyana, kelompok transportasi mencatat deflasi sebesar 2,16% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,84% (mtm). Deflasi pada kelompok tersebut disebabkan terutama oleh menurunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca-HBKN Nataru dan penurunan harga bensin sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM non subsidi oleh Pemerintah pada 1 Januari 2024.
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mencatat deflasi sebesar 0,06% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang mengalami inflasi (1,55% mtm). Deflasi pada kelompok tersebut disebabkan oleh penurunan harga telur ayam ras serta cabai merah dan cabai rawit sejalan dengan meningkatnya pasokan akibat berlangsungnya panen raya di wilayah sentra,” kata Arlyana melalui keterangan tertulisnya, Jumat (3/2/2024)..
Namun demikian kata dia, terdapat beberapa komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi yaitu tomat yang disebabkan oleh tingginya curah hujan dan beras seiring dengan masih tingginya harga gabah di tingkat domestik serta realisasi impor yang belum optimal.
Selain itu, Arlyana mengatakan bahwa, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,00% mtm).
Menurutnya, tekanan inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas kue kering berminyak sejalan dengan meningkatnya permintaan menjelang HBKN Imlek 2024. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,02% mtm).
Peningkatan inflasi pada kelompok tersebut didorong oleh kenaikan biaya sewa rumah sejalan dengan meningkatnya permintaan untuk mendukung pemilu 2024 dan meningkatnya mobilitas masyarakat.
Realisasi inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi serta koordinasi yang baik dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta.
Sekadari informasi, selama Januari 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain (1) Sinergi pelaksanaan kegiatan GNPIP 2024 antara BI Jakarta dan Dinas KPKP, diantaranya kegiatan smart urban farming; (2) Tanam Cabai serentak di 405 titik wilayah Jakarta sebagai antisipasi HBKN Idul Fitri 2024; (3) Penyaluran sembako murah dalam rangka Gerakan Pangan Murah di wilayah Jakarta Utara oleh Pj. Gubernur Jakarta; (4) Business matching antara Food Station dengan Indoraya Mitra untuk skema standby buyer dan on farm; serta (5) Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
“Ke depan, sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024,” katanya. (Boy)