
JAKARTA (Suara Karya): DKI Jakarta berhasil merebut posisi juara umum dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2019. Posisi kedua diraih provinsi Bali dan ketiga oleh provinsi Riau.
“Festival dan lomba semacam ini penting bagi siswa untuk melatih skill yang dimiliki,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy saat menutup FLS2N tingkat SD (sekolah dasar) dan SMP (sekolah menengah pertama) yang digelar secara terpisah di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan, Banten, Jumat (20/9/2019) malam.
Pada kesempatan itu Muhadjir memberi apresiasi atas karya peserta lomba yang penuh kreativitas. Bahkan, ia mengaku tak akan mampu bersaing dengan para siswa. “Saya lihat di lomba desain grafis, karya siswa diatas rata-rata kemampuan anak SMP. Kalau saya jadi juri, bakalan sulit menentukan juaranya,” ucap Muhadjir.
FLS2N merupakan kompetensi tahunan siswa dalam bidang seni pertunjukan dan seni penciptaan. Peserta berasal dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Lokasi digelar di dua tempat yaitu Provinsi Lampung untuk jenjang SMA, SMK dan SLB dan Provinsi Banten untuk jenjang SD dan SMP.
Menurut Muhadjir, kompetisi FLS2N diharapkan dapat mendorong penguatan pendidikan karakter bagi sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Penguatan itu meliputi 3 sumber karakter, yaitu logika, estetika dan etika.
“Lewat ajang ini, kami berharap terjadi penguatan pendidikan karakter pada anak. Karena cerdas saja tidak cukup. Untuk pentingnya, pendidikan karakter ditanamkan sejak dini, baik itu logika, etika dan estetika,” tuturnya.
Pengembangan kreativitas, menurut Mendikbud, penting agar siswa lebih siap menghadapi persaingan di masa depan, di era Revolusi Industri 4.0. Karena akan banyak produksi yang dilakukan secara repetitif (berulang-ulang) akan digantikan oleh robot atau AI (artificial intelegent).
“Kreativitas itu tak tergantikan. Karena itu, pentingnya guru mengembangkan kreativitas anak sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda sepanjang tahun,” ujarnya.
Muhadjir menambahkan, pentingnya sekolah maupun orangtua menanamkan kemandirian pada anak. Untuk mendukung hal itu, pola pembelajaran diubah dari ‘teacher centered’ menjadi “student centered’. Artinya, siswa tak lagi mengandalkan guru sebagai sumber pembelajaran utama.
“Semangat kemandirian inilah yang melandasi program digitalisasi sekolah. Para siswa akan belajar secara mandiri. Digitalisasi sekolah menciptakan suasana agar anak bisa belajar mandiri dengan mencari sumber belajarnya sendiri,” tuturnya.
Guru, lanjut Muhadjir, akan menjadi gatekeeper atas informasi yang dicari dan didapat siswa. Guru akan menyeleksi informasi yang didapat anak sesuai kurikulum.
Sementara itu, Direktur Pembinaan SD Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemdikbud, Khamim, mengatakan, penyelenggaraan FLS2N menjadi ajang ekspresi bagi siswa atas kecintaan mereka akan seni dan budaya Indonesia.
“FLS2N ini menjadi ajang berkreasi, berkarya dan ekspresi terhadap budaya bangsa serta pengembangan karakternya,” ujar Khamim.
Hal senada dikemukakan Direktur Pembinaan SMP, Ditjen Dikdasmen Kemdikbud, Poppy Dewi Puspitawati. Katanya, FLS2N merupakan wadah untuk pembinaan karakter bagi siswa. Hal itu selaras dengan tema FLS2N, yaitu “Seni Menyatukan Keberagaman”.
“FLS2N adalah wadah unjuk keterampilan siswa SMP bidang budaya untuk mengembangkan bakat, prestasi dan kompetensi. Wadah untuk menanamkan nilai dan budaya bangsa agar lebih mengenal Indonesia sebagai jati dirinya,” kata Poppy menandaskan. (Tri Wahyuni)