Dorong Wisata Medis, Morula Indonesia Ikuti Gelaran IWHTE ke-2 di Bali

0

JAKARTA (Suara Karya): Morula IVF Indonesia kembali mengikuti pameran ‘Indonesia Wellness and Health Tourism Expo’ (IWHTE) ke-2 di Bali, pada 5-7 Agustus 2022. Pameran tersebut diharapkan jadi pendorong terciptanya wisata medis di Indonesia.

“Kehadiran Morula di Bali tak sekadar strategi ‘go-to-market’, tetapi juga dukungan perusahaan terhadap program pemerintah dalam pengembangan wisata kesehatan dan kebugaran Indonesia,” kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) dari Morula IVF Indonesia, I Gede Deni Surasandi, di Bali, Sabtu (6/8/22).

Dalam kesempatan itu, dr I Gede Deni menjadi narasumber dalam acara talkshow bertema fertilitas. Karena cukup banyak pasangan suami istri yang mengalami gangguan sistem reproduksi sehingga kesulitan mendapat anak (infertilitas).

“Ada sekitar 10-18 persen pasangan suami istri di dunia mengalami infertilitas,” ujarnya.

Disebutkan, secara umum infertilitas merupakan kondisi gangguan kesuburan yang tak hanya terjadi pada istri, tetapi juga sang suami. Data PERFITRI terakhir menyatakan 40 persen penyebab infertilitas masing-masing berasal dari perempuan dan laki-laki.

“Sementara 10 persen karena keduanya, dan 10 persen sisanya belum diketahui penyebabnya,” tutur dr I Gede Deni Surasandi.

Penyebab infertilitas pada perempuan sangat beragam, misalkan adanya infeksi pada saluran reproduksi, tersumbatnya tuba falopi, kelainan struktur rahim, menstruasi tidak teratur, pengaruh usia, masalah berat badan, PCOS (polycystic ovarian syndrome) dan gaya hidup yang tidak sehat.

Sedangkan infertilitas pada pria, tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma yang dihasilkan. Penyebabnya adalah kadar hormon tiroid terlalu rendah, kondisi hormon proklaktin terlalu tinggi, infeksi penyakit kelamin dan gaya hidup tidak sehat karena sering mengonsumsi rokok ataupun alkohol.

“Bisa juga karena diet yang tidak sesuai anjuran dokter gizi, bekerja di lingkungan yang tidak baik seperti polusi atau suhu udara yang terlalu tinggi. Ketika berada di lingkungan yang panas, maka kualitas sperma akan menurun,” katanya.

Beragam faktor dapat mempengaruhi proses kehamilan, mulai dari pelepasan sel telur saat ovulasi, pembuahan oleh sperma, sampai menempelnya sel telur yang telah dibuahi di dinding rahim. Infertilitas dapat terjadi ketika ada gangguan pada salah satu proses kehamilan tersebut.

“Usia juga menjadi faktor penentu kesuburan. Karena itu, pemeriksaan kondisi sperma atau rahim perlu dilakukan di bawah pengawasan medis,” ucapnya.

Bagi pasangan yang menikah di usia 35 tahun ke bawah, perlu memeriksakan diri ke dokter bila satu tahun belum kunjung hamil. Sedangkan, bagi pasangan yang berusia 35 tahun ke atas, segera periksa bila sudah 6 bulan belum juga hamil. Jika menikah usia diatas 40 tahun, segera periksa ke dokter.

Program Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) bisa menjadi salah satu solusi medis untuk membantu pasangan segera memiliki buah hati, sebagai alternatif pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB).

Morula IVF Indonesia telah melakukan lebih dari 125.000 prosedur IVF pada 2022 denhan tingkat keberhasilan bulanan rata-rata 53 persen. Pada 2020, tingkat keberhasilan bulanan tertinggi 72 persen, dengan prognosis yang baik di antara wanita di bawah 35 tahun. (Tri Wahyuni)