Face Shield Tanpa Masker, Tak Efektif Cegah Penularan Covid-19

0

JAKARTA (Suara Karya): Penggunaan face shield (pelindung muka dari bahan transparan) yang kini sedang trend, tanpa disertai masker hidung dan mulut, ternyata tak efektif dalam mencegah penularan corona virus disease (covid-19).

“Face shield tidak memberi perlindungan secara menyeluruh. Karena produk itu hanya melindungi seseorang dari droplet (percikan ludah) dari atas,” kata juru bicara penanganan covid-19, Achmad Yurianto dalam siaran pers, Minggu (12/7/20).

Penggunaan face shield, lanjut Yuri, harus dilengkapi lagi dengan masker mulut dan hidup untuk menghindari penyebaran droplet dari segala sisi. Karena penggunaan masker yang benar dapat mencegah terjadi penularan covid-19 hingga 80 persen.

“Itulah sebabnya, kami ingin mengajak masyarakat menggunakan masker secara benar, agar kasus covid-19 bisa cepat hilang dari bumi Indonesia,” ucapnya.

Disebutkan, salah satu penyumbang masih tingginya kasus covid-19 adalah ketidakdisiplinan masyarakat dalam penggunaan masker penutup hidung dan mulut saat keluar rumah. Yuri menduga ketidaksiplinan itu lantaran salah dalam memilih desain atau bahan maskernya.

“Saya lihat banyak masker kain yang didesain terlalu tebal, bahan kain yang menimbulkan rasa gerah dan gatal. Selain itu, pemakaian bahan elatis yang terlalu ketat, sehingga menekan hidung juga menimbulkan perasaan tidak nyaman,” ujarnya.

Kondisi itu, menurut Yuri, menjadi salah satu faktor penyebab kenapa pengguna bolak-balik menurunkan maskernya hingga ke mulut, karena alasan sulit bernafas.

“Mari kita berinovasi dalam pencegahan covid-19, namun tetap mengutamakan keselamatan. Pastikan masker yang dipakai menimbulkan rasa nyaman, sehingga betah saat memakainya. Karena keselamatan dan kenyamanan adalah kunci dalam mengatasi pandemi ini,” ucap Yuri menegaskan.

Yuri menambahkan, jumlah pasien positif covid-19 hingga 11 Juli 2020 ada 74.018 orang. Ada 18 provinsi yang melaporkan kasus barunya dibawah 10 dan 6 provinsi tanpa ada kasus baru dalam 2 minggu terakhir, yaitu Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, kata Yuri, ada 460 kabupaten/kota di 34 provinsi terdampak covid-19. Pemerintah juga masih melakukan pemantauan terhadap ODP sebanyak 34.887 orang dan kasus PDP yang masih diawasi sebanyak 13.752 orang. (Tri Wahyuni)