
JAKARTA (Suara Karya): Kompetisi bertajuk Festival Sains dan Budaya (FSB) kembali digelar di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan pada 21-23 Februari 2020. Upaya itu mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Semakin banyak kompetisi semacam FSB digelar, maka siswa dan guru akan diuntungkan. Mereka jadi punya lahan untuk melatih keahlian, daya nalar hingga rasa keingintahuan lewat penelitian,” kata Analis Pengembangan Peserta Didik, Pusat Prestasi Nasional, Kemdikbud, Rizal Alfian dalam acara pembukaan FSB 2020 pada Jumat (21/2/2020).
Acara yang dihadiri ribuan siswa itu dibuka oleh Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie.
Rizal menambahkan, kegiatan kompetisi bagi siswa juga selaras dengan kebijakan Merdeka Belajar yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim. Karena itu, Pusat Prestasi Nasional dibentuk agar kegiatan yang terkait kompetisi siswa dapat dilakukan secara optimal.
“Kompetisi sains yang selama ini digelar Kemdikbud seperti OSN (Olimpiade Sains Nasional) akan tetap dilakukan, meski nantinya berganti nama jadi Kompetisi Sains Nasional. Termasuk bidang lainnya seperti olahraga dan budaya,” tutur Rizal.
Ia berharap sekolah swasta dengan kualitas dan kapasitas seperti Sekolah Karisma Bangsa dapat mengambil inisiatif serupa untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Karena upaya semacam itu tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendirian.
Tentang FSB, Presiden Indonesia Science Project Olympiad (ISPO), Riri Fitri Sari menjelaskan, kompetisi itu sebenarnya gabungan dari dua perhelatan besar yaitu ISPO yang tahun ini masuk usia ke-12 dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (Osebi) yang masuk tahun ke-6.
“Kompetisi di bidang apa saja, termasuk ISPO dan OSEBI dapat meningkatkan tradisi berkompetisi bagi siswa dan guru di sekolah,” ujar Guru Besar bidang Teknik Komputer Universitas Indonesia (UI) itu.
Menurut Riri, selama ini minat dan bakat siswa banyak ditampung lewat sejumlah kegiatan di ekstrakurikuler. Lewat kompetisi siswa didorong untuk mencetak prestasi. Prestasi yang diraih siswa, nantinya akan sangat bermanfaat untuk memperkaya portofolionya saat lulus sekolah.
“Setiap sekolah harus aktif membuat perayaan kompetisi. Manfaatkan jalur-jalur prestasi yang diselenggarakan sekolah dan perguruan tinggi favorit. Prestasi yang dikantongi siswa dari berbagai ajang kompetisi dapat menjadi kartu untuk karirnya di masa depan,” ucap Riri menegaskan.
Karena ISPO merupakan sebuah kegiatan tentang proyek penelitian dalam bidang sains, teknologi, lingkungan dan komputer. Kegiatan ini untuk siswa jenjang SMP/MTs, SMA/MA dan SMK seluruh Indonesia.
Hal senada dikemukakan Presiden Osebi, Liliana Muliastuti. Osebi adalah ajang tahunan untuk menggali bakat, kemampuan, kecerdasan siswa dan memperkaya sumbangsih bagi khasanah budaya bangsa. Kegiatan itu untuk siswa usia 6-18 tahun.
“Osebi ini menjadi wadah yang dapat mengasah cipta, karya dan karsa siswa,” ujar Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Untuk itu, lanjut Liliana, sekolah harus bisa membangun sistem kepekaan dalam mendeteksi minat dan bakat siswa. Minat dan bakat itu lalu dihilirisasi dengan menyediakan wadah-wadah bagi siswa untuk berkembang dan berprestasi.
“Ketika siswa kita sibuk mengasah bakat, menyiapkan diri untuk berkompetisi, maka tidak ada lagi waktu untuk iseng, tidak ada waktu lagi buat bullying (perudungan) atau tindakan kekerasan. Waktu mereka habis untuk kegiatan positif,” katanya.
Liliana mengingatkan kepada para pendidik agar menjadikan sekolah sebagai tempat untuk anak, tak hanya belajar tentang akademik dan keilmuan, tetapi juga mengasah cipta, karya dan karsa. “Perudungan dan kekerasan kemungkinan terjadi karena siswa tak punya wadah untuk mengasah cipta, karya dan karsanya,” ucap Liliana menandaskan. (Tri Wahyuni)