Suara Karya

Gandeng GoStudy, Ditjen Vokasi Bangun Kemitraan dengan 31 Industri dari China

JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) membangun kemitraan dengan GoStudy, yang membawahi 31 industri investasi dari China di Indonesia.

“Potensi kerja sama pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang meliputi rekrutmen lulusan, kesempatan magang, up skilling, joint research, dan lainnya,” kata Dirjen Vokasi, Kiki Yuliati di Jakarta, Rabu (24/4/24).

Pernyataan Kiki disampaikan dalam acara bertajuk ‘Business Matching 2024, Indonesia Education-China Industry Talk’ yang digelar Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Vokasi Kemdikbudristek.

Kemitraan yang dibangun akan melibatkan 77 perguruan tinggi vokasi (PTV) yang hadir sebagai partisipan kegiatan.

“Dalam ‘business matching’ kali ini, kami minta pada PTV yang hadir untuk bisa meyakinkan 31 industri dari China agar menguatkan kemitraan melalui penandatanganan ‘letter of intent’,” kata Kiki.

Dalam waktu 90 menit saja, terjadi penandatangan 160 letter of intent. Hal itu menunjukkan jumlah potensi kerja sama yang nanti akan ditindaklanjuti dalam bentuk penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) atau Perjanjian Kerja Sama (PKS).

Pencarian industri baru diperlukan agar pendidikan vokasi relevan dengan kebutuhan industri. Apalagi kini banyak industri China mendanai proyek-proyek yang dibangun Pemerintah hingga pelosok negeri.

Kiki mengakui masih ada beberapa tantangan yang dialami satuan pendidikan vokasi dalam bermitra dengan DUDI. Hal itu terjadi akibat kekurangpahaman pendidikan vokasi terhadap calon mitranya.

“Pendidikan vokasi membutuhkan kemitraan yang strategis. Bahkan strategis pun tidak cukup, karena kemitraan harus memberi makna pada kedua belah pihak,” ucap Kiki menegaskan.

Pilihan pada industri dari China, menurut Kini, karena negara tersebut saat ini telah maju dalam bidang teknologi. “Saat kunjungan kerja ke Eropa beberapa waktu lalu, saya tanya apakah teknologi mereka yang pertama. Ternyata, teknologi itu pertama kali dibuat oleh China,” kata Kiki.

Saat ini, China telah menjadi hub inovasi yang berkembang cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi di China terus tumbuh dari industri teknologi dan manufaktur.

Dalam Future of Jobs Survey 2023 World Economic Forum (WEF), disebutkan, China menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan industri digital paling cepat. Kondisi itu berdampak pada penciptaan lapangan kerja baru di bidang akses dan perdagangan digital.

Sebagian besar responden memperkirakan pertumbuhan tranformasi digital di industri China hingga 32 persen dengan tingkat adaptasi teknologi mutakhir hingga 45 persen. Data WEF ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di Asia Selatan.

“Ini menunjukkan, industri China telah menjadi salah satu industri yang unggul dalam menciptakan peluang kerja di masa depan,” ucap Kiki menandaskan.

Terkait kegiatan, Pelaksana tugas (Plt) Direktur Mitra DUDI Kemdikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, ‘business matching’ merupakan salah satu ikhtiar mencari ruang kelas baru, di industri itu sendiri.

“Untuk dapat berkolaborasi, penting bagi industri maupun satuan pendidikan vokasi untuk saling terbuka. Potensi apa yang bisa dikembangkan agar kerja sama saling menguntungkan kedua belah pihak,” ujarnya.

Sementara itu, Executive Director of International Affairs GoStudy, Echo Qin mengungkapkan, potensi kerja sama pada pengembangan SDM sangat besar, karena industri membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk menjalankan bisnisnya.

“Selain itu, para dosen juga punya kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya dengan praktisi industri dari China. (Tri Wahyuni)

Related posts