Suara Karya

Gedung Diktiristek Senayan jadi Galeri Seni Mahasiswa dan Dosen BKS-PTSI

JAKARTA (Suara Karya): Gedung Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) di kawasan Senayan, Jakarta diubah jadi galeri seni bagi mahasiswa dan dosen dari 9 kampus yang tergabung dalam Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI).

Pameran seni visual bertajuk ‘Rakta Mahardika Rupa, Merdeka Cipta Daulat Bangsa’ itu akan berlangsung mulai 10 November 2023 hingga 10 Januari 2024. Karya seni akan diganti setiap dua bulan.

“Pameran ini untuk karya mahasiswa dari 9 perguruan tinggi seni kita. Meski jumlahnya sedikit, tetapi karya mereka luar biasa. Karyanya bahkan banyak yang dipamerkan ke luar negeri,” kata Sekretaris Ditjen Diktiristek Tjitjik Srie Tjahjandarie saat membuka pameran, Jumat (10/11/23).

Sembilan kampus seni yang tergabung dalam BKS-PTSI adalah Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh; Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang; ISI Yogyakarta; ISI Surakarta; ISI Denpasar; ISI Tanah Papua; ISBI Bandung; Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

Digunakannya Gedung Diktiristek Senayan sebagai galeri seni, Tjitjik berharap, para stakeholder yang datang ke gedung dengan beragam tujuan itu dapat melihat hasil karya seniman perguruan tinggi seni di Indonesia.

Disebutkan ada sekitar 290 karya seni visual dipamerkan, meliputi seni lukis, seni patung, karya rancangan fashion, instalasi, hingga karya seni multimedia. Karya seni itu menghiasi 9 dari 18 lantai yang ada di gedung tersebut.

“Karyawan yang setiap hari bekerja dengan komputer dan dokumen, semoga jiwanya tercerahkan melihat dinding yang sebelumnya kosong kini dihiasi karya seni, terutama lukisan yang indah-indah ini,” tutur Tjitjik.

Karya seni yang dipamerkan merepresentasikan kekuatan artistik, kreativitas, dan kedalaman estetis dari para dosen dan mahasiswa yang berpartisipasi. Pameran ini menjadi salah satu wujud pencapaian dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi seni.

“Ini sekaligus jadi jawaban atas curhatan perguruan tinggi seni yang merasa kurang diperhatikan pemerintah, dibanding perguruan tinggi akademik,” ujar Tjitjik.

Rektor ISI Denpasar I Wayan Adnyana mengatakan, pameran Rakta Mahardika Rupa merupakan perwujudan dari ide dari Plt Dirjen Diktiristek, Nizam saat pertemuan dengan para rektor BKS-PTSI, sekitar 2 minggu lalu.

“Kami, para rektor langsung melakukan koordinasi hingga terwujud pameran seni hari ini,” ujarnya.

I Wayan Adnyana menilai ide yang dilontarkan Plt Dirjen Diktiristek itu cemerlang, karena perguruan tinggi seni diberikan ruang untuk unjuk diri dan mengaktualisasi hasil pembelajarannya.

“Ayo, jadikan Gedung D sebagai galeri abadi untuk kita dalam menampilkan karya-karya terbaik kita,” ujar I Wayan Adnyana.

Hal senada dikemukakan Rektor ISBI Aceh Wildan. Ia menyambut dengan gembira ajakan untuk berpartisipasi dalam pameran seni ini.

Sebagai perguruan tinggi seni termuda di Sumatera, ISBI Aceh memamerkan 22 karya dari 20 perupa, yang terdiri dari 6 orang dosen dan 14 mahasiswa.

Sementara itu, Rektor ISI Yogyakarta Irwandi menyatakan, pameran seni di Senayan merupakan satu kesempatan yang sangat berharga, bagi civitas akademika ISI Yogyakarta. Mereka bisa menunjukkan karya dengan ciri khas masing-masing.

“Adanya pameran ini maka eksistensi perguruan tinggi seni di Indonesia akan semakin terlihat, diikuti dengan penguatan jaringan kerja sama antar perguruan tinggi seni di Indonesia,” ujar Irwandi.

Rektor Institut Kesenian Jakarta Indah Tjahjawulan menyampaikan pameran ini menyajikan beragam karya interpretasi tentang apa yang menjadikan seseorang sebagai pahlawan melalui lukisan, patung, instalasi, fotografi, ilustrasi, animasi dan beragam media seni lainnya.

“Mereka mengangkat isu-isu seperti kemanusiaan, perlindungan lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, keberagaman budaya, dan lainnya dengan sudut pandang yang beragam,” ujarnya.

IKJ menampilkan 19 buah karya seni dari 18 perupa. Karya ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman mengenai sosok pahlawan dalam konteks zaman yang terus berubah untuk terus berjuang dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menambahkan, karya yang ditampilkan ISBI Bandung memang memiliki sumber gagasan kreatif yang berbeda, namun pada hakikatnya memiliki keterjalinan spirit, yakni mengangkat potensi kekayaan negeri ke dalam benda seni dengan cita rasa kekinian namun tetap berpijak pada nilai-nilai budaya tradisional.

“Karya yang dipamerkan setidaknya memberi pemahaman bahwa esensi merayakan hari pahlawan hari ini adalah refleksi diri, sejauh mana bakti pada negeri ini melalui karya seni,” katanya menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts