Gejala Sesak Nafas Tak Hanya Covid-19, Bisa Juga Serangan Jantung!

0
(Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Salah satu gejala terkena corona virus disease (covid-19) adalah sesak nafas. Tetapi gejala itu ada pada seseorang yang terkena serangan jantung. Karena itu, kenali gejala penyerta lainnya agar tak salah dalam penanganannya.

Seperti dikemukakan dokter spesialis jantung yang juga Wakil Ketua Siloam Heart Institute (SHI), Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk (SHKJ) Antono Sutandar, ada perbedaan mendasar antara sesak nafas karena covid-19 atau terkena serangan jantung.

“Pasien sesak nafas karena serangan jantung biasanya disertai nyeri di dada dan keluar keringat dingin. Tetapi kalau sesak nafas karena covid-19, didahului nyeri demam seluruh tubuh, panas, batuk atau pilek,” kata Antono dalam diskusi media bertajuk ‘The New Paradigm of Cardiac Care During Pandemic’ secara virtual, Senin (28/9/20).

Antono dalam kesempatan itu disampingi tim dokter SHI, antara lain Firman Tedjasukmana, Leonardo Paskah Suciadi dan Elisa Pakpahan.

Antono menambahkan, apalagi jika pasien itu memiliki gejala covid-19 yang paling khas yaitu tidak bisa mencium bau-bauan. Maka penanganan gejala sesak nafas itu harus sesuai dengan prosedur pasien covid-19.

“Sesak nafas pada pasien serangan serangan jantung, biasanya langsung lemas. Karena di paru-parunya banyak cairan, akibat jantung yang tidak bekerja. Pasien tersebut harus segera dibawa ke dokter, agar dapat masa keemasan (golden period) sehingga bisa tertolong dan tidak menimbulkan kecacatan,” tuturnya.

Hal senada dikemukakan okter spesialis bedah toraks kardiovaskular, Rumah Sakit Kebon Jeruk yang juga pimpinan SHI, Maizul Anwar. Karena pandemi covid-19, banyak pasien jantung yang takut pergi berobat ke rumah sakit, padahal memiliki beragam keluhan.

“Padahal, seseorang dengan penyakit jantung memiliki risiko lebih parah saat terkena covid-19. Menahan-nahan diri untuk tidak ke rumah sakit, yang membuat kondisi penyakitnya semakin parah,” ujarnya.

Maizul menegaskan, RS Siloam Kebon Jeruk merupakan rumah sakit yang bebas dari covid-19. Semua pasien yang akan berobat harus menjalani pemeriksaan baik melalui rapid test dan swab test bagi pasien yang reaktif. “Begitupun petugas kesehatannya, semua harus menjalani rapid test secara rutin,” ujarnya.

Ditambahkan, Siloam Group melakukan alokasi perawatan pasien covid-19 di dua rumah sakit, yaitu RS Siloam Kelapa Dua, Tangerang dan RS Siloam Mampang, Jakarta Selatan. Semua pasien yang terdiagnosa covid-19 kan dirujuk kedua rumah sakit tersebut.

Diskusi digelar sekaligus memperingati World Heart Day 2020 yang bertema ‘Use Heart to Beat Cardiovascular Disease’ yang mana setiap orang diingatkan untuk ikut membantu ‘memerangi’ penyakit jantung. Caranya, lewat gaya hidup sehat, skrining dini hingga mencari pengobatan yang tepat.

“Selama ini, dokter, tenaga medis dan alat-alat kedokteran canggih dianggap sebagai penyembuh bagi pasien jantung. Sekarang perspektif itu harus diubah, dokter sebagau ‘advisor’, sedangkan pasien sebagai ‘hero’. Dokter membantu dengan kompetensi, tetapi pasien yang menentukan sendiri bagaimana bisa hidup berkualitas lagi,” tuturnya.

Karena itu, lanjut Antono, diperlukan kerja tim antara pasien dan rumah sakit, yang didukung tim multidisiplin dan teknologi kedokteran terkini. Sehingga menghasilkan layanan yang komprehensif.

“Di RS Siloam Kebon Jeruk, kami dapat menangani kasus-kasus jantung seperti pemasangan ring, LAA Closure, Ablasi, CABG, penggantian katup baik melalui pembedahan maupun kateter, berbagai kasus jantung anak dan tindakan jantung lainnya,” ujarnya.

Antono mengakui, tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah bagi setiap orang, tetapi tim multidisiplin SHI, RS Siloam Kebon Jeruk berkomitmen untuk menjadi advisor bagi siapa saja yang sedang berjuang memiliki jantung yang sehat. (Tri Wahyuni)