Gelar Potong Tumpeng, Regina Art Monologue Project Siap ‘Taklukkan’ Eropa

0

JAKARTA (Suara Karya): Jelang keberangkatan ke Eropa untuk pementasan Monolog berjudul Cotton Candy dan Besok atau Tidak Sama Sekali, Regina Art menggelar gladi resik, sekaligus pemotongan tumpeng.

“Semoga kami selalu diberi kesehatan dan kelancaran selama pementasan di Eropa. Sehingga nama Indonesia bisa berkibar di Eropa,” kata produser sekaligus pemain dalam ‘Regina Art Monologue Project’, Joane Win di Jakarta, Selasa (3/10/23).

Hadir dalam kesempatan itu, sutradara sekaligus pemain monolog berjudul Besok atau Tidak Sama Sekali, Wawan Sofwan, serta tiga orang lain dari tim Regina Art yang akan berangkat ke Eropa pada 9 Oktober mendatang.

Pementasan Monolog berjudul Cotton Candy dan Besok atau Tidak Sama Sekali di 5 negara Eropa akan berlangsung mulai 9 Oktober hingga 9 November 2023. Lima negara itu adalah Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda dan Perancis.

Belajar dari pementasan di Meksiko dan Amerika pada pertengahan tahun ini, lanjut Wawan, pihaknya membawa properti pementasan sendiri. Karena pihaknya kerepotan saat mencari meja dengan ukuran badan Joane Win.

“Setiap pentas di Meksiko dan Amerika, kami kerepotan mencari meja untuk Joane tampil, kalau gak kekecilan, kebesaran, atau ketinggian. Meja itu sekarang kami bawa sendiri dari Indonesia dalam bentuk bongkar pasang,” tutur Wawan.

Ditanya apakah ada hal baru dalam pementasan Regina Art di Eropa, Joane mengatakan, secara garis besar sama. Kami ingin menyampaikan ke dunia, bahwa kasus kekerasan seksual masih ada hingga saat ini. Karena itu, perempuan harus berani bicara dan menentang hal itu.

Ditanyakan soal target penonton, Wawan menjawab, pihaknya tidak memasang target. Karena ingin membangun keintiman dengan penonton. “Semoga nama Regina Art dikenali di Eropa. Dan nama Indonesia semakin berkibar di sana,” ucapnya.

Wawan mengakui bukan perkara mudah teater berbasis verbal menembus Eropa, karena masyarakatnya menyukai tari dan musik. “Kami coba terobos saja, sambil melihat respon masyarakat di sana. Yang penting berkarya dulu, perkara hasilnya kita lihat saja nanti,” ujarnya.

Joane berharap respon baik dari warga lokal di Eropa. Karena seni, termasuk teater hingga saat ini menjadi bagian dari keseharian mereka. “Waktu tampil di Amerika, saya lihat respon remaja setempat sangat luar biasa. Semoga respon serupa bisa kita dapatkan di Eropa,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Joane Win berperan monolog kisah ‘Cotton Candy’ karya ED Jenura, yang berisi perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya.

Selain mengangkat nilai-nilai kehidupan dan edukasi penting untuk isu nasionalisme dan perempuan, pentas itu diharapkan menjadi karya yang kaya akan nilai-nilai kehidupan, budaya, dan keindahan seni.

Selain cotton candy, pementasan berjudul ‘Besok Atau Tidak Sama Sekali’ diperankan Wawan Sofwan. Monolog itu bercerita tentang perjuangan batin Soekarno, Sang Proklamator sesaat sebelum proklamasi.

Regina Art Monologue Project juga menyasar penonton Diaspora Indonesia yang ada di kota-kota tempat pertunjukan berlangsung di luar negeri. Selain masyarakat lokal yang tertarik pada tema yang diangkat dalam monolog, maupun pada seni pertunjukan teater itu sendiri.

“Regina Art Monologue Project dipentaskan di berbagai kota di luar negeri sebagai misi budaya dan sejarah dari Regina Art,” ujarnya.

Ditambahkan Wawan, beberapa KBRI dan Atase Pendidikan dan Budaya Indonesia dari 5 negara yang akan dikunjungi Regina Art Monologue Project telah menyatakan dukungannya, baik dari sisi teknis pertunjukan dan promosi ke diaspora Indonesia di negara-negara tersebut. (Tri Wahyuni)