JAKARTA (Suara Karya): Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) akan mendorong anak bangsa meraih program beasiswa S2 di luar negeri. Upaya itu dilakukan lewat program PMII Scholarship Incubator (Scholin).
“Sebenarnya kesempatan dapat beasiswa studi S2 di luar negeri itu besar, tetapi banyak yang tidak tahu caranya. Untuk itu, kita bikin Scholin ini,” kata Ketua Pelaksana yang juga Inisiator Program Scholin, Mahbub Ubaedi Alwi pada acara kick off PMII Scholin di Jakarta, Selasa (28/11/23).
Dalam acara yang sama digelar talkshow bertema ‘Merawat Indonesia dengan Ilmu dan Pendidikan’ dengan narasumber Anggota DPR RI Komisi X, H Muhammad N Purnamasidi; Wakil Rektor UNUSIA, Dwi Winarno; Kepala Divisi Seleksi dan Rekrutmen Beasiswa LPDP, Rumtini; dan Managing Director Talenhub, Ahmad Luthfi.
Hadir dalam kesempatan itu, Sekretaris Jenderal PB PMII, Muhammad Rafsanjani.
Mahbub Ubaedi Alwi menjelaskan, Scholin bertujuan menciptakan inkubasi bagi aktivis mahasiswa yang ingin melanjutkan studi S2 dengan beasiswa.
“Ini merupakan upaya akselerasi pendidikan formal aktivis dan untuk peningkatan kualitas SDM dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan Scholin berlangsung selama 2 bulan kedepan untuk persiapan menyambut pembukaan beasiswa yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Batch 1 yang dijadwalkan dibuka pada Februari 2024.
Scholin terselenggara berkat kolaborasi dengan beberapa pihak, yaitu Talenthub, Pusat Pasar Kerja Id, Jakarta Oses Energi dan Jakarta Propertindo (Jakpro).
Mahbub Ubaidi Alwi menjelaskan, Scholin terdiri dari pelatihan TOEFL ITP bekerja sama dengan lembaga tersertifikasi Royal English. Lembaga tersebut memiliki banyak tutor dari Inggris dan negara lainnya.
Selain bahasa Inggris, peserta juga mendapat pelatihan pembuatan esai motivasi diri, pemetaan potensi diri dan merancang karier di masa depan. “Lewat pelatihan ini, diharapkan minimal 50 persen peserta lolos beasiswa studi S2 baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.
Sekretaris Jenderal PB PMII, Muhammad Rafsanjani menyambut baik diadakannya Scholin, karena program tersebut bagua untul pengembangan SDM Indonesia, terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU).
“Scholin semoga menjadi langkah tepat untuk mewujudkan cita-cita PMII. Seharusnya beasiswa pemerintah juga diperuntukan bagi anak bangsa yang tidak kaya dan tidak pintar agar mereka bisa menjadi pemutus rantai kemiskinan dalam keluarganya,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan Wakil Rektor UNUSIA, Dwi Winarno. Program tersebut diharapkan akan
melahirkan kader-kader berkualitas dan bisa berdaya saing.
“Ingat kita bukan anak siapa-siapa, bukan anak pengusaha, bukan anak presiden atau pejabat. Jadi harus bersiap lebih dibanding yang lain,” ucapnya.
Ia mendukung program Scholin karena perubahan ke arah yang lebih baik harus diupayakan sendiri. Kolaborasi harus diperluas agar program menjangkau lebih banyak orang. “Mari kita jadikan program ini lebih masif, sehingga memberi manfaat bagi banyak orang,” ucap Dwi Winarno.
Pembicara lainnya, Ahmad Luthfi berharap Scholin bisa menjadi momentum dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia. “PMII istiqomah, Allah akan beri jalan kesuksesan layaknya ‘One of The Key’ yang harus kita pegang,” kata Ahmad Luthfi menegaskan.
Menurut Luthfi, pentingnya peserta mendapat pemahaman soal analytical thinking dan creative thinking. Karena hal itu yang membedakan manusia dengan teknologi.
“Scholin harus bisa mengisi ruang dan mendorong pengembangan itu. Bahkan setelah kegiatan, penting bagi PB PMII untuk mengadakan pelatihan Softskilss bagi para kader,” katanya.
Sebagai informasi, Talenthub adalah platform digital untuk pengembangan di bidang digital teknologi dengan skema match-making antara talenta produktif dengan pencari kerja.
Talentbhub memiliki beberapa program potensial, seperti Ralent Class dan Talent Scouting.
Kepala Divisi Seleksi dan Rekrutmen LPDP, Rumtini meminta generasi muda harus berani berkompetisi sejak dini. Program Scholin bisa menjadi salah satu cara untuk memberi bekal kepada anak muda untuk berkompetisi secara sehat.
“Jangan terbiasa dengan budaya titip menitip, karena yang dititipi akan merasa menjadi beban. Jangan pula terlalu puas ketika diberi, tapi puaslah jika hal didapat dari keringat ‘bertarung’,” ucapnya.
Rumtini menyebut, LPDP setiap tahun menerima sekitar 6 ribu awardee. Saat ini tercatat ada sekitar 50.000 awardee yang telah diluluskan LPDP pada jenjang S2 atau S3.
“LPDP juga bekerja sama dengan beberapa kementerian seperti kementerian agama, kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi, BRIN, kementerian kesehatan dan lain sebagainya untuk program beasiswa S2 dan S3,” kata Rumtini.
Anggota DPR RI Komisi X, Purnamasidi berharap program Scholin bisa diperluas. Karena ia meyakini pendidikan berkualitas bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan. (Tri Wahyuni)