
JAKARTA (Suara Karya): Gojek sebagai perusahaan teknologi di Indonesia dengan layanan Gopay-nya tumbuh 2 kali lipat selama 2020. Hal itu terjadi karena pandemi corona virus disease (covid-19) mengubah perilaku konsumen maupun para pedagang untuk menggunakan sarana digital.
“Transaksi yang sebelum offline berubah menjadi online di masa pandemi. Hal itu tak saja pada pedagang, tetapi juga pengguna jasa dan penyedia jasa. Penetrasi digitalnya pesat sekali,” kata Co CEO Gojek Grup, Andre Soelistyo dalam webinar bertajuk “Reimaging The Future of Indonesia”, Selasa (23/3/2021).
Andre mengutip pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di masa pandemi covid-19 mencapai 25 persen dibanding sebelum pandemi.
“Kondisi itu sangat baik untuk Gojek sebagai perusahaan yang membangun infrastruktur digital akselerasi. Meski layanan gojek sempat terpukul akibat kebijakan kerja di rumah, sekolah daring, dan kegiatan lain yang mayoritas dilakukan di rumah,” tuturnya.
Namun, Andre menambahkan, karena platform layanan Gojek cukup beragam maka layanan seperti pemesanan makanan (food delivery) atau logistik meningkat pesat. Ada juga pembayaran atau financial services yang ikut berkembang pesat di masa pandemi.
“Saat pandemi, Gojek mengedukasi dan membantu para pedagang kecil untuk masuk dalam penjualan online. Kami buat aneka fitur dan produk baru yang lebih menyeluruh terhadap berbagai jenis pedagang dengan tujuan membantu menjual secara digital,” ujarnya.
Dijelaskan, tujuan dari fitur baru itu tak hanya untuk perkembangan dan pertumbuhan bisnis saja. Namun Gojek memiliki tanggung jawab sebagai bisnis platform digital terbesar di Indonesia.
“Karena di masa awal pandemi yaitu Maret-Juli 2020, penurunan bisnis dirasakan sangat drastis. Namun banyak driver dan usaha kecil yang bertahan,” ujarnya.
Selain berinovasi dengan menambah fitur produk, Gojek juga fokus pada perbaikan platform agar bisnis menjadi lebih baik. Terkait ekspansi bisnis, Andre mengatakan, Gojek menggandeng Bank Jago dan Link Aja.
Hal itu dilakukan karena Gojek menyadari tidak bisa melakukan semua sendiri untuk memajukan literasi keuangan.
“Sebenarnya kami sudah bekerja sama lebih dari 20 bank, tapi kebetulan ada kesempatan untuk investasi di digital fresh banking solution. Kebetulan kami kenal CEO Bank Jago, visinya untuk akselerasi inklusi melalui digital fresh solution,” ujarnya.
Andre berharap dibangunnya kerja sama pemain industri itu akan memberi solusi untuk mengatasi masalah bersama. Regulator juga diharapkan memberi aturan yang lebih mengakselerasi inovasi digital.
“Mudah-mudahan, tahun ini dan tahun depan banyak regulasi baru yang bisa meregulasi financial inovation yang lebih cepat,” kata dia.
Andre menjelaskan, perkembangan bisnis Gojek selanjutnya akan disesuaikan dengan misi Gojek yaitu to remove life daily frictions.
“To remove friction payment dan financial services sangatlah penting. Bisnis Gojek itu apa, kami move people, kami move think dan move money digital payment. Itulah yang menjadi fokus bisnis kami tahun-tahun sebelumnya,” ujar Andre.
Terkait ekonomi digital, Gojek berharap menjadi kontributor terbesar. Hal itu diperkuat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sudah dibangun di Indonesia dan luar negeri. Gojek juga berkontribusi atas inovasi baru dan melahirkan enterpreineur baru. (Tri Wahyuni)