BANDAR LAMPUNG (Suara Karya): Kekayaan alam dan budaya Lampung membutuhkan pelestarian. Rakyat dan pemerintah Lampung yang baru sedang mempersiapkan diri untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan alam dan budaya Lampung agar tidak musnah.
“Untuk itu, dibutuhkan kerja nyata, bukan sekadar seremonial. Kita tidak boleh menunggu diperintah, tapi harus segera bekerja, karena itu adalah kepentingan rakyat Lampung,” ujar Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung terpilih dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018, saat menerima kunjungan rombongan Prof. Margaret Kartomi dari Monash University, Melbourne, Australia di rumah kediamannya, di Bandar Lampung, Selasa (10/7). Pertemuan itu dalam rangka persiapan penyelenggaraan Konferensi Budaya Lampung yang berlangsung di Melbourne pada September 2020.
Didampingi Chusnunia (Nunik) Wakil Gubernur terpilih, Arinal Djuanaidi menjelaskan Indonesia memiliki 1.340 suku. Namun, yang memiliki aksara hanya suku Batak, Lampung, Jawa dan Makassar.
“Sekarang kesempatan buat kita orang Lampung untuk lebih giat lagi mempromosikan daerah kita. Pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia. Kita harus secepatnya menyambut,” kata Arinal.
Arinal Djuanaidi berterima kasih atas langkah-lahkah besar Presiden Joko Widodo yang sudah mendorong pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung dengan membuka akses lebih luas lagi bagi pertumbuhan ekonomi rakyat Lampung dalam empat tahun ini.
“Provinsi Lampung ada di tengah Sumatra dan Jawa. Kita ada di hadapan Ibukota Republik Indonesia. Akses sudah dibuka. Kalau kita tidak bisa maju, itu sudah salah kita sendiri,” tegasnya.
Arinal juga meminta agar Prof Margaret Kartomi membantu mempromosikan kebudayaan Lampung di dunia Internasional.
“Seorang ahli budaya dari Leiden, Belanda sedang menuju ke Lampung siap untuk bekerja sama dengan Pak Gubernur untuk mempelajari, menulis dan mempromosikan adat istiadat budaya rakyat Lampung. Mohon nanti bisa bekerjasama,” ujarnya.
Margaret Kartomi meminta agar pemerintahan yang akan dipimpin Gubernur dan Wagub Lampung Arinal Nunik lebih giat lagi mengembangkan dan mempromosikan kebudayaan seperti halnya Jawa, Bali, Aceh, Batak, Papua dan daerah lainnya di Indonesia.
“Masyarakat Internasional perlu kenal rakyat Lampung lebih banyak dan lebih dekat lagi. Perlu banyak bikin even-even budaya di Lampung dan di dunia internasional,” ujar ahli budaya Indonesia asal Australia ini.
Undangan Festival Di Lampung
Margaret Kartomi juga memuji upaya pemerintahan Lampung Timur yang sudah terus menerus mengangkat budaya rakyat Lampung Timur lewat berbagai even pariwisata.
“Masyarakat internasional sangat tertarik dengan berbagai festival yang diselenggarakan bupati Lampung Timur seperti Festival Way Kambas, Festival Melinting, Fastival Panen Padi dan Festival Musik yang diselenggarakan ibu bupati,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Chusnunia (Nunik) menyampaikan dalam waktu dekat ini akan lebih banyak lagi festival budaya dilakukan di Lampung khususnya di Lampung Timur.
“Kami akan sangat senang sekali menerima tamu yang mau menyaksikan berbagai festival tersebut. Agar dunia tahu, ini loh orang Lampung yang ramah dan terbuka dengan siapa saja yang mau bekerjasama membangun Lampung,” ujarnya.
Nunik menjelaskan saat ini di Lampung Timur sendiri sudah ada 2.000 anak-anak muda penari tradisional yang siap menyajikan berbagai tarian dalam berbagai festival.
“Pokoknya semua anak muda di seluruh Lampung akan digalang seluas-luasnya dalam berbagai kegiatan budaya. Untuk menegakkan kembali seni dan budaya Lampung dihati generasi muda,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, ibu Riana Sari Arinal memperkenalkan berbagai perhiasan, jukung dan baju adat Lampung pada Margaret Kartomi.
“Kami berharap dalam Konferensi Budaya Lampung di Melbourne nanti juga ada fashion show dan pameran berbagai perhiasan asal Lampung yang bisa diperkenalkan pada masyarakat Australia,” ujarnya.
Riana Sari menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengembankan moderenisasi desain perhiasan dan kain batik bermotif Lampung. “Nanti kain Lampung motifnya bisa jukung, lada atau kopi dengan pendekatan yang lebih modern, sehingga bisa menasional seperti kain batik dari tempat lain,” ujarnya. (Victor AS)